(Foto/Dunia-Energi/Alamsyah Puasaba)

KEHADIRAN Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU TS) sangat membantu masyarakat Kota Palu, Sulawesi Tengah, terutama pada malam hari. Apalagi setelah bencana gempa dan tsunami yang terjadi pada 28 September 2018 lalu, banyak lampu jalan yang mati, sehingga aktivitas warga sedikit terganggu.

Hasnawati (39), warga Balaroa mengaku berterima kasih dengan pemasangan PJU-TS. Perempuan yang sudah 30 tahun tinggal di Balaroa itu mengaku, pasca bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Palu, penerangan jalan di sekitar rumahnya banyak yang  tidak berfungsi. Lokasi titik pemasangan lampu yang berada tepat berada di depan rumah sekaligus warung tempatnya berusaha tersebut sudah lebih satu bulan terakhir dirasakan manfaatnya.

“Kalau dulu, jualan hanya sampai jam 9 malam. Semenjak ada lampu ini, saya jualan sampai jam 11 malam,” ungkap dia, Kamis (14/2).

PJU-TS telah dipasang di Kelurahan Balaroa, Palu Barat dan di Desa Pakuli, Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Total sebanyak 1.100 PJU-TS telah dioperasikan di Sulawesi Tengah hingga akhir 2018. Selain Kota Palu dan Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala juga memperoleh 400 unit PJU TS.

Kehadiran lampu PJU TS tidak hanya memberi manfaat bagi kegiatan usaha Hasnawati, tetapi juga bagi anak-anak. Kehadiran lampu jalan ini memberikan kegembiraan bagi anak-anak. Mereka tidak lagi ketakukan jika harus menjalankan aktivitas pada malam hari. Apalagi semenjak bencana, suasana malam di Balaroa dan Palu pada umumnya cukup mencekam.

Apalagi, lokasi rumah Hasnawati hanya berjarak 200-an meter dari lokasi terjadinya likuifaksi (pergeseran tanah) akibat gempa yang terjadi di Palu akhir September 2018 lalu. Sehingga, kehadiran lampu bagi Hasna, ikut membentu mengembalikan keceriaan dan kebahagiaan anak-anak Balaroa.

“Alhamdulillah, sangat membantu sekali. Bagi saya, bagi warga  di sini juga bagi anak-anak,” ungkapnya, sambil melayani pembeli di warung miliknya itu.

Hal senada juga disampaikan Rohmansyah, Lurah Balaroa. Ia berterima kasih atas upaya yang dilakukan pemerintah, khususnya Kementerian ESDM untuk memberikan penerangan jalan di wilayahnya. Wilayah yang terkena likuifaski diharapkan juga bisa diberikan lampu PJU-TS di beberapa titik, terutama untuk jalan menuju tempat pengungsian warga.

Akibat gempa dan diikuti dengan likuifaski di Balaroa, lebih dari 5.000 warga Balaroa menjadi korban. Sebanyak 800 diantaranya meninggal dunia. Dan saat ini masih banyak yang berada di pengungsian atau tinggal bersama keluarga mereka.

“Mudah mudahan nanti ada bantuan lampu lagi, khususnya untuk laokasi yang terjadi likuifaski, karena di sana sama sekali tidak ada penerangan,” kata Rohmansyah.(AP)