JAKARTA – Desain The Molten Salt Reactor (TMSR) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) berkapasitas 500 megawatt (MW) yang akan dikembangkan Thorcon International Pte.Ltd, dinilai akan menghasilkan listrik murah, terstruktur dan scientific. Pembangunan akan melalui dua tahap terdiri dari Tahap Pengembangan (dua tahun) dan Tahap Pembangunan/Konstruksi-Komisioning (lima tahun), sehingga dapat menekan ketidakpastian serta meningkatkan keyakinan baik bagi regulator nuklir maupun pemerintah.

Tagor Malam Sembiring, Peneliti Senior Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), mengatakan bagian terpenting dari tahapan pengembangan adalah fasilitas uji coba non fisi yang disebut non fission test bed platform.

“Dengan membangun non-fission test bed platform, apabila lolos semua uji dapat dikatakan bahwa desain PLTT Thorcon telah 85% proven, maka tidak akan seperti membeli kucing dalam karung apalagi tanpa APBN maka tidak ada risiko bagi pemerintah,” kata Tagor dalam acara Workshop Pengenalan Desain dan Sistem Keselamatan Pembangkit Thorcon TMSR500 di PLN Puslitbang Duren Tiga, Jakarta, Kamis (21/11).

Tagor menjelaskan, melalui non-fission test bed platform ini, panas dihasilkan tanpa reaksi nuklir melalui sistem pemanasan heater listrik untuk melakukan pengujian sistem keselamatan dan sistem termohydrolic, sehingga fasilitas tersebut sangat aman untuk dibangun karena tidak adanya radiasi yang dihasilkan. Melalui test bed platform banyak jenis eksperimen dapat dilakukan, termasuk juga skenario kejadian Fukushima, Jepang.

“Hal ini akan membuktikan bagaimana TMSR memiliki kriteria walk away safety atau dengan kata lain memiliki keselamatan yang tinggi,” ujar Tagor.

Dedi Sunayadi, salah satu anggota tim kajian P3Tek Balitbang ESDM yang telah melakukan pra kajian terhadap rencana Thorcon, mengatakan reaktor PLTT Thorcon yang tidak bertekanan dan sistem keselamatan yang tidak bergantung kepada listrik, maka akan mencegah munculnya kejadian seperti di Fukushima. Skenario kejadian Fukushima itu sendiri dapat di uji dengan aman pada test bed platform.

Sahala Lumbanraja, mantan peneliti senior BATAN,  berkesimpulan bahwa desain Thorcon cukup sederhana, sistem keselamatan tinggi, waktu konstruksi lebih pendek dan penyiapan tapak lebih sederhana. Dengan demikian, biaya pembangkitan lebih rendah sehingga layak di pertimbangkan untuk di bangun di Indonesia.

Thorcon International adalah Independent Power Producer (IPP) yang telah menyatakan keseriusan kepada pemerintah untuk melakukan investasi sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp17 triliun untuk membangun PLTT di Indonesia.

Bob S Effendi, Kepala Perwakilan Thorcon, mengatakan rencana pada tahun 2020 adalah membuat studi persiapan implementasi PLTT bersama PT PLN (Persero) yang salah satunya adalah studi tapak baik bagi test bed maupun tapak nuklir serta menyelesaikan proses desain engineering. Sehingga, pada awal tahun 2021 pre-fission test bed platform sudah dapat dibangun.

“Kami berharap pemerintah dapat segera mengambil keputusan soal PLTN, apalagi biaya listriknya murah dan tanpa APBN. Masalah PLTN ini sudah lebih dari tiga dekade maju mundur,” tandas Bob.(RA)