BEBERAPA tahun belakangan aku belajar banyak tentang kehidupan. Belajar untuk bersyukur dan memahami arti dari sebuah perjuangan. Kata teman-teman, aku orang yang ramah, mandiri, disiplin dan perduli dengan lingkungan. Tapi itu semua tidak lahir begitu saja, namun harus terus menerus dilatih.

Sedih rasanya jika kita tidak percaya terhadap diri sendiri. Menganggap diri lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Aku pun dulu juga begitu. Seiring berjalannya waktu aku mulai sadar, aku harus berubah, harus mulai memikirkan masa depan.

Pengalaman mendewasakan aku. Mungkin butuh waktu seumur hidup untukku mengungkapkan rasa syukur yang ada di dalam hatiku. Semua yang terasa berat pada awalnya, ternyata membawa menuju tempat yang selama ini aku inginkan.

Begitu banyak hal menakjubkan yang ditemukan. Dan berbagai pengalaman yang membuat terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik

Itulah testimoni yang diungkapkan Alif Satria, mahasiswa program studi teknik informatika dalam video pendeknya tentang studi yang dijalani di Politeknik Caltex Riau. Kampus yang menurutnya unik, nyaman dan menanamkan budaya disiplin, rasa kebersamaan dan cinta lingkungan.

Prestasi Politeknik Caltex Riau sudah diakui dan diapresiasi, baik di Riau maupun di tingkat nasional dan regional. Sejumlah perusahaan lokal, nasional, maupun multinasional terkemuka telah melakukan penjaringan tenaga kerja di kampus tersebut.

Kualitas pembelajaran juga terlihat dengan prestasi mahasiswa yang membanggakan di tingkat regional dan nasional.

Tidak hanya itu, kehadiran politeknik dirasakan sebagai jalan menuju tercapainya Visi Riau 2020, yakni sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin, di Asia Tenggara. Serta Visi Pembangunan Nasional Indonesia 2005-2025, yaitu mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur.

Semua itu berawal dari kegundahan Gubernur Riau Saleh Djasit karena daerah yang dipimpinnya tak memiliki perguruan tinggi yang mampu menghasilkan tenaga kerja yang andal dan berkemampuan tinggi pada 1999 yang menjadi cikal bakal dari berdirinya kampus Alif. Kegundahan yang kemudian menghasilkan kesepakatan dengan PT Caltex Pacific Indonesia, yang kemudian berubah menjadi PT Chevron Pacific Indonesia, untuk mendirikan Politeknik Caltex Riau (PCR) di Rumbai, Riau.

Pada 2000, Yayasan Politeknik Caltex Riau didirikan bersamaan dengan pembangunan kampus. Politeknik ini kemudian mulai menerima mahasiswa perdana pada Agustus 2001.

“Kini Politeknik Caltex Riau telah berkembang pesat. Tak kurang dari 1.400 alumni dengan kemampuan kompetitif dilahirkan. Banyak dari mereka yang kini sudahbekerja di sejumlah perusahaan multinasional dan nasional,” ungkap Robinar Djajadisastra, Ketua Yayasan Politeknik Caltex Riau.

Pada awalnya, Politeknik Caltex Riau menawarkan tiga program studi (prodi) yakni Prodi Elektronika, Prodi Telekomunikasi dan Prodi Teknik komputer. Kemudian ditambah dua program studi lagi yakni mekatronika dan akuntansi. Setelah satu dasawarsa, politeknik tersebut memiliki sepuluh prodi yang terdiri dari lima prodi jenjang DIII dan lima prodi jenjang DIV atau setara Strata I dengan 1.500 mahasiswa. Semuanya telah terakreditasi.

Jika pada awal pendirian, pendanaan politeknik disokong penuh Caltex dan didukung bantuan anggaran dana dari Pemerintah Provinsi Riau. Perlahan perguruan tinggi ini berhasil mandiri pada 2007.

Menurut Robinar, sejak peresmian hingga saat ini, Politeknik Caltex Riau telah melakukan beragam terobosan. Pengembangan sarana belajar mengajar terus dibenahi. Penambahan gedung perkuliahan, laboratorium, peningkatan kualitas tenaga pengajar merupakansejumlah upaya untuk menjadi yang terbaik.

“Menjadi perguruan tinggi terdepan ditanah air adalah cita-cita Politeknik Caltex Riau. Cita-cita yang tentunya menuntut komitmen dan konsistensi penuh,” ungkap dia.

Sederet penghargaan dan prestasi berhasil diraih sebagai bukti komitmen yang tinggi Politeknik Caltex Riau dalam mempersiapkan SDM lokal yang andal untuk masa depan. Salah satunya adalah ketika memperoleh 18 hibah penelitian dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Selain itu, Politeknik Caltex Riau tercatat sebagai politeknik swasta terproduktif dalam hal penelitian menurut Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah X, yang meliputi Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau

Sederet prestasi tersebut diharapkan dapat menjadi tambahan suntikan motivasi bagi civitas akademi Politeknik Caltex Riau untuk lebih giat dalam melakukan penelitian.

“Kami berharap penelitian dosen tidak hanya sampai pada tahap pelaporan hasil penelitian, tetapi harus sampai pada tahap lanjutan, berupa publikasi ilmiah. Publikasi ilmiah adalah salah satu cara untuk menyebarluaskan hasil penelitian yang dilakukan. Sehingga dapat diunduh, dibaca dan dijadikan sebagai rujukan ilmiah bagi peneliti maupun akademisi lain,” kata Muhammad Ihsan Zul, Pembantu Direktur I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Politeknik Caltex Riau.

Investasi sosial di bidang pendidikan telah menjadi fokus Caltex yang kini menjadi Chevron di Indonesia sejak 1957, bermula dengan pendirian SMAN 1, sekolah menengah atas negeri pertama di Pekanbaru, Riau.

Yanto Sianipar, Senior Vice President Policy, Government and Public Affairs Chevron, mengatakan berinvestasi di bidang pendidikan sama halnya dengan berkontribusi untuk membangun masa depan bangsa yang kuat di masa depan. Inilah yang mendorong Chevron mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, untuk mengembangkan talenta-talenta berbakat dan terbaik, khususnya di wilayah operasi Chevron.

“Pada 2001, kami bersama pemerintah Provinsi Riau mendirikan PCR yang merupakan politeknik pertama di provinsi tersebut, untuk memberikan kesempatan bagi alumni sekolah menengah atas untuk menuntut ilmu program vokasi agar setelah lulus siap bekerja di berbagai sektor industri dan pada akhirnya membantu membangun dan berkontribusi untuk perekonomian Riau,” kata Yanto.(AT)