JAKARTA – Proyek Masela dinilai bakal kembali molor alias meleset dari target penyelesaian yakni tahun 2029 karena hingga kini saja belum ada tanda-tanda konstruksi akan dimulai. Demi mengejar target tersebut ada satu cara yang diminta untuk dipertimbangkan oleh pemerintah, yakni penggunaan fasilitas pengolahan gas yang dimiliki Inpex Corporation Ltd (operator blok Masela) di Australia.

Maman Abdurrahman, Wakil Ketua Komisi VII DPR, menilai wacana untuk menggunakan fasilitas pengolahan gas Inpex yang ada di Australia patut untuk dibahas semua pihak. Dia mengakui isu kedaulatan akan menjadi tantangan terbesar untuk merealisasikan usulan tersebut, namun jika dipikirkan dengan kepala dingin, manfaat dari kebijakan tersebut lebih besar. Salah satunya yang langsung bisa terlihat adalah kepastian monetisasi gas lapangan Abadi Masela serta efisiensi biaya yang selama ini dikeluhkan terlalu besar.

“Kita nggak usah terjebak bangun dionshore bangun di offshore, disamping Blok Abadi itu ada Darwin, ada Inpex, dan juga ada fasilitasi dia juga kan pak, dan setahu saya gasnya disana sudah mulai decline, kenapa nggak pakai fasilitas itu pak? artinya kenapa nggak pakai fasilitas Darwin, ada dua kemanfaatan, kemanfaatan pertama dari segi waktu bisa terjadi percepatan akselerasi,” ungkap Maman, saat rapat antara Komisi VII DPR dengan SKK Migas, Rabu (13/3).

Dia meyakini pemerintah Indonesia bisa bernegosiasi dengan pemerintah Jepang maupun Australia. Menurutnya hanya butuh waktu setidaknya dua tahun mempersiapkan fasilitas di Australia menerima gas Masela. Itu tentu jauh lebih cepat ketimbang membangun fasilitas baru di sekitar blok Masela. Dari sisi biaya juga jauh terpangkas.

“Dari segi waktu saya lihat sebetulnya dalam tempo waktu dua tahun itu bisa selesai. Lalu kedua dari segi penghematan cost recovery. Saya melihatnya ada penghematan cost yang bisa kita hemat dan ini bisa jaid alat negosiasi Indonesia dengan Inpex, karena saya yakin dengan turunnya peggunaan cost recovery yang tadi nya Rp300 triliun (US$20 miliar) itu bisa jadi alat nego kita dengan Inpex untuk beberapa hal nantinya, pasti itu jauh sekali itu capexnya,” jelas Maman.

Kemudian untuk isu kedaulatan, solusi juga sudah tersedia. Masuknya Pertamina di proyek Masela saat ini merupakan salah satu kepastian adanya kedaulatan negara di proyek Masela. Kalaupun fasilitas gas di Australia digunakan, ini juga bisa jadi pintu bagi Pertamina untuk melakukan ekspansi bisnisnya di luar negeri.

“Ini bisa jadi pintu masuk Pertamina, jawab isu kedaulatan dimana kita punya alat tawar negosiasi dengan Inpex menurunkan capex kita atau cost recovery disitu itu bisa jadi alat negosiasi pemerintah dengan Pertamina untuk masuk ke dalam aset Inpex yang ada di Darwin. Saya pikir isu kedaulatan bisa selesai dengan hadirnya Pertamina,” ungkap Maman. (RI)