JAKARTA – Pelaku usaha migas tanah air yang tergabung dalam Indonesia Petroleum Association (IPA) menyatakan bahwa target prestius produksi gas sebesar 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd) yang dicanangkan pemerintah sulit untuk bisa dicapai jika tidak ada upaya keras yang dilakukan.

Salis Aprilian Salis Aprilian, praktisi migas yang juga mantan Direktur Utama Pertamina EP dan PT Badak NGL, mengatakan target tersebut memang cukup berat untuk dicapai mengingat temuan eksplorasi selama sepuluh tahun terakhir tidak mendukung target-target tersebut. Namun bukan berarti tidak mungkin untuk mewujudkan target tersebut.

JIka mau target tercapai menurut Salis bukan hanya perkara ketersediaan konsumen gas, tapi juga ada hal lain sebagai penentu. Dalam mengembangkan lapangan gas harus dipertimbangkan beberapa faktor di antaranya, cadangan gas, ada pembeli, dan ada kontrak yang disepakati. “Termasuk harga gas, kuantitas, dan waktu delivery-nya,” kata Salis kepada Dunia Energi, Senin (28/6).

Untuk itu ada beberapa upaya yang harus dilakukan pemerintah agar faktor tersebut bisa terpenuhi. Pertama adalah melakukan survei seismik di beberapa area potensial dengan biaya pemerintah. Adapun survei seismik terbesar baru-baru ini dilakukan dengan dana kontraktor yang survei open area Blok Jambi Merang yang dilakukan oleh Pertamina.

Tindak lanjut berikutnya adalah dengan menawarkan ke perusahaan besar, termasuk juga Pertamina, untuk melakukan kegiatan eksplorasi dengan skema fiscal term yang menarik. “Tergantung kesulitan yang akan dihadapi atau dengan split yang progresif,” ujar dia.

Selanjutnya tentu masalah klasik yang tidak bosan untuk segera dibenahi yakni permudah birokrasi. Lalu harus juga mempersiapkan infrastruktur untuk monetisasi gas.

Pemerintah juga harus mendorong perusahaan untuk melakukan kegiatan Enhanced Oil Recovery (EOR). Pemerintah kata dia bisa menjadi mendorong keterlibatan mitra-mitra perusahaan petrokimia untuk bekerjasama dengan para kontraktor dalam mengimplementasikan kegiatan EOR.

“Lakukan strategic allignment dalam pengembangan EOR dengan chemical company untuk berbagi risiko dan sharing profit,” kata Salis.

Gary Selbie, Presiden IPA, menyatakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak bisa bergerak sendiri untuk mewujudkan target gas. Perlu ada dukungan dari beberapa stakeholder terkait. Pemerintah harus memiliki visi yang sama untuk mewujudkan target 12 ribu MMscfd.

“Ini perlu pendekatan semua pihak tidak hanya Kementerian ESDM , tapi perlu support Kemenkeu, KLHK, KKP yang peru kerja sama menolong kita untuk mencapai target produksi,” tegas Gary.

Selain itu dari sisi regulasi menurut Gary ternyata juga dibutuhkan dukungan pemerintah. Aturan harga gas di Indonesia justru bisa menjadi salah satu faktor yang bisa memicu tidak tercapainya target gas. Beberapa cadangan gas justru tidak bisa diproduksikan, padahal jumlahnya besar lantaran tidak ada dukungan mulai dari sisi infrastruktur serta harga gas.

“Gas juga sedikit lebih menantang dengan peraturan harga gas di indonesia. Beberapa sumber gas hampir mustahil diproduksikan dengan harga gas sekrang bahkan dengan insentif yang signifikan,” kata Gary.(RI)