JAKARTA – Beberapa waktu kebelakang ini para pelaku usaha dihebohkan dengan rencana kenaikan harga gas non Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang merupakan pelanggan dari PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN. Berdasarkan penelusuran Dunia Energi ternyata alasan utama munculnya wacana tersebut adalah rencana penyesuaian harga di sisi hulu.

Menurut informasi yang diperoleh Dunia Energi, pada tanggal 30 September nanti adalah hari terakhir kontrak jual beli pasokan gas antara PGN dengan salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yakni Medco E&P yang jadi salah satu pemasok terbesar gas untuk para pelanggan PGN di sektor industri. Kondisi ini yang menjadi celah KKKS mengajukan penyesuaian harga gas.

Pemerintah memang telah mematok harga gas maksimal sebesar US$6 per MMBTU bagi industri tertentu. Sementara industri yang tidak termasuk menggunakan harga yang sesuai dengan kontrak business to business.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) saat dikonfirmasi tidak membeberkan secara detail mengenai pengajuan negosiasi harga yang diusulkan KKKS.

Kurnia Chairi, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, mengungkapkan harga gas di hulu memang harus memperhatikan beberapa faktor.

“Dapat disampaikan bahwa harga gas di hulu (plant gate) tentu harus mempertimbangkan antara lain keekonomian lapangan, POD (Rencana Pengembangan), dan rencana kerja KKKS. Disamping itu penetapan harga hulu juga memperhatikan buyers ability to pay, willingness to pay, dan juga dampak tarif kepada masyarakat, industri dan dunia usaha, serta penerimaan negara,” jelas Kurnia kepada Dunia Energi, Rabu (27/9).

Sementara itu, Arief Setiawan Handoko, Direktur Utama PGN, kepada Dunia Energi disela pelaksanaan The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023 di Bali 20-22 September 2023 menegaskan bahwa pihaknya tidak akan serta merta melakukan perubahan harga gas untuk industri tanpa ada faktor pendorongnya dari sisi pasokan. “Kita tidak bisa asal naikkan harga. Kita jaga, lakukan berbagai usaha agar harga gas sekompetitif mungkin,” ungkap Arief. (RI)