JAKARTA – Aktivitas industri minyak  dan gas bumi di Indonesia mulai bergerak ke arah timur dan laut dalam (offshore). Namun aktivitas di bagian timur Indonesia, khususnya di laut dalam tidak mudah dan harus melalui berbagai tantangan. Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengakui ada tantangan khusus yang dihadapi untuk meningkatkan cadangan dan produksi migas saat dihadapkan dengan kegiatan eksplorasi di laut dalam. Setidaknya ada empat tantangan utama yang harus dihadapi para pelaku usaha migas b,aik nasional maupun internasional jika ingin mencari cadangan migas di laut. Tantangan pertama tentu harus mencari lapangan-lapangan offshore yang mempunyai potensi untuk dikembangkan.

“Kedua, risiko yang besar di offshore. Terkadang Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kurang berani untuk melakukan eksplorasi di daerah baru,” kata Arcandra, Jumat (12/4).

Tantangan yang ketiga adalah ketersediaan rig di Indonesia yang terbatas. Hanya ada beberapa perusahaan penunjang hulu migas yang berbisnis di penyediaan rig. Salah satunya, misalnya PT Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI), salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero).

“Dan yang terakhir, besarnya investasi yang harus dikeluarkan,” tukas Arcandra.

Salah satu strategi untuk menghadapi berbagai tantangan itulah diperlukan strategi partnership atau mengelola suatu blok bersama dengan mitra untuk berbagi risiko, terutama soal biaya maupun teknologi.

Posisi pemerintah berada ditengah untuk mengatur agar manfaat kepada negara tetap besar, sekaligus menjaga iklim investasi sehingga kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas offshore bisa berjalan.

Menurut Arcandra, untuk mendorong pengembangan migas offshore, pemerintah akan mempercepat perizinan dan proses administrasi. “Kami berharap KKKS fokus melakukan pencarian migas. Sementara kegiatan yang berhubungan dengan administrasi, baik di SKK Migas maupun di Kementerian ESDM atau instansi lain, itu yang akan kami percepat dan dipermudah,” kata Arcandra.

Harga minyak dunia juga ternyata memberikan pengaruh besar akan kelanjutan pengembangan migas di offshore. Stabilitas dan kisaran harga minyak yang masih ekonomis tentu berpengaruh terhadap pengembangan lapangan migas, khususnya di offshore. “Tergantung apakah lapangan tersebut remote atau tidak. Kemudian tergantung kedalaman lapangan yang dieksplorasi. Estimasi saya, meskipun ini debatable, sekitar US$50-US$60 per barel itu masih oke, tentunya harga diatas itu lebih baik lagi,” kata Arcandra.(RI)