JAKARTA – Proses menuju Net Zero Emission (NZE) melalui transisi energi telah dilakukan Indonesia untuk menuju energi bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan bahwa Indonesia telah mengembangkan peta jalan transisi energi untuk mencapai Emisi Nol Bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.

“Dalam peta jalan ini, kami bertujuan untuk mengembangkan 700 GW energi terbarukan dalam bauran energi, yang berasal dari tenaga surya, air, laut, panas bumi, dan nuklir,” kata Arifin di Jakarta, Jumat (15/9).

Bukan hanya Indonesia yang berkomitmen untuk menjalankan transisi ke arah energi berkelanjutan demi menciptakan ekonomi masa depan dan sustainable. Negara – negara di Kawasan Asia Tenggara (ASEAN) juga mempunyai paradigma pembangunan energi yang semakin terpusat menuju Net Zero Emission dimana transisi menuju energi baru dan terbarukan menjadi pilar utama untuk mencapai tujuan tersebut.

Negara-negara di ASEAN diberkahi dengan sumber daya energi yang beragam dan berlimpah, khususnya sumber daya energi terbarukan yang berjumlah lebih dari 17.000 Giga Watt (GW) yang sebagian besar berasal dari tenaga surya 15.602 GW dan angin 1.255 GW. Sedangkan cadangan gas sekitar 130 Trillion Cubic Feet (TCF) terutama berasal dari Indonesia 44 TCF, Malaysia 32 TCF, dan Vietnam 22,8 TCF.

“ASEAN dengan sumber daya energi bersih dan terbarukan yang sangat besar telah melakukan upaya terbaiknya dalam menerapkan transisi energi untuk mencapai Net Zero Emission pada pertengahan abad ini,” kata Arifin.

Guna mendukung negara-negara ASEAN menuju NZE, Indonesia berencana akan membangun Super Grid untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan, sekaligus menjaga stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan. “Hal ini akan membuka peluang untuk terhubung dengan ASEAN Power Grid,” ujar Arifin.