JAKARTA – Lobi-lobi jelang pertemuan G20 di Bali pada November mendatang terus dilakukan pemerintah. Kali ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong Australia untuk menyepakati konsensus sektor energi yang akan dibahas pada forum G20.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, menyatakan komitmen mewujudkan Net Zero Emission di tahun 2060 disertai keragaman sumber energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia memerlukan dukungan pengembangan teknologi. “Indonesia berharap Australia dapat mendukung hal ini dengan mendukung konsensus yang akan disusun bersama (dalam forum G20),” jelas Arifin (13/7).

Dalam pertemuan dengan Menteri Perubahan Iklim dan Energi Australia Chris Bowen MP pada akhir pekan lalu di Sydney, Australia, Arifin mengungkapkan kerja sama dengan Australia pengembangan teknologi dalam implementasi energi bersih di Indonesia harus terus didorong.

“Kita harus menempatkan teknologi sebagai prioritas untuk mengatasi tantangan dekarbonisasi, seperti PV surya, produksi baterai, dan hidrogen. Untuk itu, akses ke teknologi dan pembiayaan yang terjangkau harus dijajaki secara masif,” kata Arifin.

Salah satu fokus transisi energi yang tengah digarap oleh pemerintah Indonesia adalah efisiensi energi, juga program konversi kendaraan BBM ke kendaraan listrik. Arifin mengungkapkan, kebijakan pemerintah Indonesia dalam penerapan manajemen energi, Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM), dan adopsi teknologi efisiensi tinggi untuk sektor industri dan bangunan. Diharapkan pemerintah dan pengusaha Australia dapat berperan serta dalam pengembangan teknologi dan industri tersebut.

Pemerintah Indonesia, sambung Arifin, juga tengah menjajaki pemanfaatan sumber energi bersih lain melalui berbagai teknologi. “Kami mengakui bahwa hidrogen dan amonia dapat menjadi kontributor penting dalam penggunaan energi bersih di masa depan,” jelasnya.

Nantinya, pemanfaatan hidrogen akan difokuskan di sektor transportasi dan industri yang masih menggunakan bahan bakar fosil. Sementara itu, amoniak dengan kandungan hidrogen yang tinggi dapat berperan penting untuk mendukung program pengurangan karbon khususnya di pembangkit listrik.

Saat ini, Indonesia tengah memiliki rencana investasi dan pilot project green hydrogen yang sedang berjalan, seperti hibrida hidrogen hijau dari tenaga surya dan angin di Sumba Timur, rencana proyek di Kalimantan Utara dan Papua dari pembangkit listrik tenaga air besar, dan pilot project di Ulubelu dengan memanfaatkan kondensat panas bumi. (RI)