JAKARTA – Kinerja keuangan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) berpotensi meningkatkan dengan mengimplementasikan teknologi digital. Namun, banyak perusahaan yang belum menyadari nilai tambahan dari penggunaan teknologi mutakhir tersebut.

Riset Accenture memperlihatkan manfaat finansial dari implementasi teknologi digital dan menunjukkan pentingnya investasi di bidang digital, terutama dalam upaya mencegah meningkatnya jumlah serangan siber yang diakibatkan penggunaan teknologi digital.

Survei yang dilakukan Accenture mengenai peran teknologi digital dalam mendukung industri migas menunjukkan sebanyak 41% dari responden menyebutkan bahwa perusahaan mereka sudah dapat menentukan hasil secara finansial dari implementasi teknologi digital, termasuk 30% responden yang mengungkapkan bahwa teknologi digital telah meningkatkan marjin keuntungan perusahaan mereka lebih dari 7% dalam 12 bulan terakhir.

Sebanyak 20% dari responden mengatakan bahwa implementasi teknologi digital dapat menambahkan nilai bisnis dari US$50 juta hingga US$100 juta atau lebih, dengan 33% dari responden yang menyatakan nilai tambahan sebesar US$5 juta hingga US$50 juta.

“Manfaat finansial yang dapat langsung dirasakan ini menunjukkan mengapa lebih dari separuh (59 %) perusahaan yang terlibat dalam survei yang sama tahun lalu saat ini tengah meningkatkan investasi mereka pada teknologi digital dibandingkan dengan 12 bulan yang lalu,” kata Neneng Goenadi, Country Managing Director Accenture Indonesia di Jakarta, Selasa (31/7).

Selain itu, 75% responden mempunyai niat akan meningkatkan pengeluaran mereka untuk implementasi digital dalam waktu tiga hingga lima tahun mendatang, meningkat 60% dari survei Accenture tahun lalu.

Hal ini menunjukkan bahwa tetap kuatnya permintaan akan teknologi digital. Demikian juga, hampir 48% dari responden menilai implementasi teknologi digital dalam perusahaan mereka sudah cukup matang (mature) atau tengah diperkuat (semi-mature). Jumlah ini meningkat 44 % dari hasil survei Accenture tahun lalu.

Namun, pada saat yang sama, sebagian besar perusahaan migas masih dalam tahap belum memperkuat implementasi teknologi digital, seperti misalnya ke bidang analitik. Terkait teknologi digital yang mempunyai pengaruh paling besar akan peningkatan marjin operasional perusahaan, 61% responden paling sering menyebutkan sistem kontrol proses tingkat lanjut (advanced process control) dan 50 % menyebutkan sistem analisa data tingkat lanjut (advanced data analytics).

Oleh karena itu, para perusahaan migas berharap dapat mengalokasikan sebagian besar dari anggaran digital mereka selama 12 bulan mendatang untuk implementasi teknologi digital. Teknologi mutakhir yang dapat memberikan nilai tambah – termasuk di antaranya adalah teknologi sensor Internet of Things (IoT) dan teknologi edge-computing, gabungan realitas dan virtual (mixed reality), mobilitas (mobility) dan blockchain/smart contacts – belum diimplementasikan secara maksimal atau hanya sebagai program percontohan sehingga cenderung menerima investasi lebih sedikit dibandingkan dengan teknologi lainnya selama setahun kedepan.

Mengingat hal ini, sangat penting bagi perusahaan migas untuk menyusun strategi digital perusahaan secara lebih efisien, melihat bahwa 24% dari eksekutif yang disurvei menyebutkan bahwa saat ini tidak ada peran yang jelas di dalam organisasi dalam mengarahkan strategi digital perusahaan. 43% melaporkan bahwa strategi digital yang kurang jelas menjadi halangan akan meningkatnya implementasi teknologi digital di perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi.

Namun, saat ini perubahan ke arah positif sedang terjadi. Saat ini, 11%  dari responden mengatakan bahwa di perusahaan mereka sudah ada chief digital officer yang menentukan agenda digital perusahaan. Banyak juga di antaranya sedang melakukan perubahan manajemen perusahaan untuk mendorong kemajuan transformasi digital dan untuk meningkatkan konvergensi antara teknologi informasi dan sistem operasional sebagai bagian proses bisnis. Secara lebih spesifik, 34% dari perusahaan yang disurvei tengah membangun struktur organisasi baru, lebih dari 28 % membentuk komite pengarah perusahaan (steering committee) dan 15 % memperkuat jajaran manajemen puncak (C-level) baru.

Survei Accenture bertajuk “The Intelligent Refinery’” melibatkan sekitar 170 eksekutif, pemimpin dan insinyur perusahaan migas di seluruh dunia

Survei ini dilakukan secara online pada bulan Maret 2018 oleh Penn Energy Research dengan mitra Oil and Gas Journal. Dikembangkan oleh HSB Solomon Associates LLC. Responden merupakan pelanggan publikasi PennWell dan terdiri dari 169 pekerja industri minyak dan gas bumi dari 48 negara, termasuk eksekutif dan manajemen tingkat menengah (mid-level), kepala unit bisnis, insinyur dan manajer projek dari lintas segmen industri migas.

Mark Teoh, Managing Director – Resources Operating Group Accenture, mengatakan bahwa saat ini, perusahaan migas hanya mendapatkan sebagian kecil dari nilai yang dapat dihasilkan perusahaan yang melakukan implementasi digital.

“Langkah selanjutnya adalah menggabungkan dan mengimplementasikan berbagai macam teknologi tingkat lanjut untuk memperbarui proses bisnis

perusahaan dan mendorong transformasi di seluruh lini pabrik migas,” kata Mark.

Accenture Disruptability Index menunjukan bahwa di masa depan, industri energi akan paling rentan dalam menghadapi disrupsi digital. Meningkatkan investasi di bidang digital serta melakukannya secara berencana dapat lebih meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan. Serta membantu perusahaan menghadapi disrupsi digital tersebut.

Teknologi digital memungkinkan perusahaan menjadi lebih terhubung, namun, sekaligus meningkatkan kerentanan perusahaan akan beragam risiko digital. Kebutuhan akan investasi digital terus meningkat agar perusahaan dapat mempersiapkan diri terhadap ancaman-ancaman siber.

“Untuk menjaga operasional perusahaan, investasi dalam kemampuan keamanan dasar (fundamental security capabilities) sangat penting,” kata Neneng Goenadi.(RA)