JAKARTA – PT PLN (Persero) mencatat ketersediaan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sudah siap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, bisnis dan industri. Perusahaan seterum plat merah itu hingga September tahun ini sudah mengoperasikan total pembangkit listrik EBT dengan kapasitas 8.500 Megawatt (MW).

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, memastikan kapasitas pembangkit listrik EBT akan terus ditambah.

Khusus untuk tahun ini, PLN telah berhasil menambah kapasitas EBT sebesar 159,35 megawatt (MW) yang berasal dari pembangkit listrik di 20 lokasi. Jumlah penambahan daya EBT naik drastis karena dari 11 lokasi pembangkit yang ditargetkan justru realisasinya mencapai 20 lokasi pembangkit.

“Dengan rincian 87,07 MW dihasilkan oleh PLTA, 69,38 MW dari PLTP dan 2,91 MW dari PLTS,” ungkap Darmawan, Selasa (25/10).

Pada 2030, total kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan ditargetkan mencapai 28,9 GW. Untuk mencapai target tersebut, sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik  (RUPTL) 2021 – 2030, PLN akan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 20,9 GW.

“Porsi pengembangan EBT mencapai 51,6% pada RUPTL hijau ini. Ini membuktikan komitmen kami dalam menjalankan transisi energi demi kehidupan bumi yang lebih baik,” ujar Darmawan.

Darmawan menjelaskan, pengembangan EBT sebesar 20,9 GW ke depan akan didominasi oleh pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Total penambahan kapasitas PLTA yang terpasang bisa mencapai 10,4 GW. Selain itu, pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) juga akan digenjot dengan total penambahan kapasitas terpasang 4,7 GW hingga tahun 2030.

“Indonesia juga punya potensi panas bumi yang bisa dikembangkan. Rencananya, hingga 2030 mendatang total penambahan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 3,4 GW. Kami juga menggali potensi sumber daya lain seperti bayu, biomassa, biogas, sampah dan pembangkit EBT baseload dengan total penambahan kapasitas pengembangan bisa mencapai 2,5 GW,” ujar Darmawan.

“Saat ini kita tengah menghadapi transisi energi. Selanjutnya kita akan menggunakan pembangkit listrik yang berbasis EBT. Namun transisi energi bukan sekadar itu, tetapi ini adalah peralihan dari bahan bakar berbasis fosil yang impor dan mahal ke EBT yang lokal, murah, dan ramah lingkungan,” ujar Darmawan.