NEW YORK- Harga minyak mentah di pasar global turun untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu (22/1/2022). Penurunan ini dampak dari persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS yang meningkat sedangkan investor mengambil keuntungan (profit taking) setelah menyentuh level tertinggi tujuh tahun pada awal pekan.

Mengutip Reuters, harga minyak berjangka Brent untuk pengiriman Maret merosot US$49 sen atau 0,6%, menjadi menetap di US$87,89 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret kehilangan US$41 sen atau 0,5%, menjadi ditutup di US$85,14 per barel.

Namun, kedua minyak mentah acuan itu naik untuk minggu kelima berturut-turut, menguat sekitar 2,0% minggu ini. Harga minyak telah naik lebih dari 10% sepanjang tahun ini di tengah kekhawatiran atas pengetatan pasokan. Awal pekan ini, baik Brent maupun WTI juga naik ke level tertinggi sejak Oktober 2014.

“Kemunduran terbaru kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi aksi ambil untung sebelum akhir pekan dan tidak adanya katalis bullish baru,” kata analis PVM Stephen Brennock, mencatat data bearish pada Kamis (20/1/2022) dari Badan Informasi Energi (EIA).

EIA melaporkan kenaikan stok AS pertama sejak November dan persediaan bensin pada level tertinggi 11 bulan, berlawanan dengan ekspektasi industri.

“Pedagang energi tidak terkejut melihat reli harga minyak melambat,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA. “Minyak mentah WTI turun setelah kenaikan mengejutkan dengan stok AS dan menyusul ‘pendarahan’ di Wall Street yang mengirim aset-aset berisiko jatuh bebas.”

“Harga minyak mentah mungkin tidak memiliki tiket sekali jalan ke US$100, tetapi fundamental sisi penawaran pasti mendukung hal itu bisa terjadi pada musim panas,” kata Moya.

CNBC menyebutkan stok minyak mentah melonjak 515.000 barel, pekan lalu, sementara persediaan bensin naik 5,9 juta barel, meningkatkan inventori itu ke level tertinggi dalam setahun, menurut Departemen Energi Amerika.

“Saya tidak berpikir peningkatan pasokan bensin adalah penghambat sentimen bullish. Kita akan membutuhkan penyulingan untuk terus melakukan pengolahan guna memenuhi permintaan bensin di driving season saat musim panas – itulah salah satu alasan pasar masih didukung meski pasokan bensin meningkat,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.

Perdagangan didominasi oleh kekhawatiran pasokan, dari masalah jangka pendek seperti penghentian sementara aliran pipa Irak ke Turki hingga kekurangan yang konsisten dari anggota OPEC Plus dalam mencapai peningkatan pasokan yang ditargetkan.

Sementara itu, permintaan tetap stabil, dengan pasokan produk Amerika, proksi untuk permintaan di konsumen terbesar dunia itu, mencapai 21,2 juta barel per hari selama empat pekan terakhir, di depan kecepatan pra-pandemi.

Analis lain juga mengatakan mereka memperkirakan tekanan saat ini pada harga akan terbatas karena kekhawatiran pasokan dan meningkatnya permintaan.

OPEC+, yang mengelompokkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan Rusia dan produsen lainnya, sedang berjuang untuk mencapai target peningkatan produksi bulanan sebesar 400.000 barel per hari (bph).

Di Amerika Serikat, perusahaan energi mengurangi jumlah rig minyak minggu ini untuk pertama kalinya dalam 13 minggu.

Ketegangan di Eropa Timur dan Timur Tengah juga meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan.

Para diplomat tinggi AS dan Rusia tidak membuat terobosan besar dalam pembicaraan di Ukraina pada Jumat (21/1/2022) tetapi sepakat untuk terus berbicara guna mencoba menyelesaikan krisis yang telah memicu kekhawatiran akan konflik militer.

“Dengan kapasitas cadangan OPEC+ yang rendah, persediaan rendah dan ketegangan geopolitik meningkat,” analis di Bank of America mengatakan mereka memperkirakan Brent akan berada di sekitar US$120 per barel pada pertengahan 2022. (RA)