NEW YORK– Harga minyak global turun lebih dari 1% pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (7/8) pagi WIB dipicu ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang meningkatkan kekhawatiran melemahnya permintaan gloal.

Harga minyak Brent diperdagangkan pada level di bawah US$ 60 per barel, yaitu US$58,81 per barel, turun lebih dari 22% dari posisi tertingginya pada April. Penurunan itu menempatkan patokan global di berada wilayah bear market (pasar lesu).

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun US$0,87 atau 1,45%, menjadi ditutup pada US$58,94 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun US$1,06 atau 1,94%, menjadi menetap pada US$53,63 per barel di New York Mercantile Exchange.

Harga Brent telah kehilangan lebih dari sembilan persen dalam sepekan terakhir, dengan Presiden AS Donald Trump bersumpah untuk mengenakan tarif baru pada impor China dan Beijing membuat langkah lebih lanjut terhadap kargo pertanian AS.

AS juga menanggapi penurunan yuan China pada Senin (5/8) dengan memberi merek China manipulator mata uang. Trump pada Selasa (6/8) menepis kekhawatiran atas perang dagang yang berkepanjangan dengan China, karena Beijing memperingatkan bahwa keputusan Washington sehari sebelumnya akan menyebabkan kekacauan di pasar keuangan.

“Sejauh menyangkut pasar minyak, ada dua pertanyaan kunci: Pertama, mengapa China harus terus membeli minyak mentah AS? dan kedua, mengapa China harus terus mematuhi sanksi AS ketika datang untuk membeli minyak Iran?” kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch dalam sebuah catatan seperti dikutip Reuters yang dilansir antaranews.com.

Ekuitas global mencapai level terendah dua bulan dan Brent turun lebih dari tiga persen pada Senin (5/8). Hal ini dipicu para pedagang khawatir perselisihan antara dua pembeli minyak terbesar dunia akan mengurangi permintaan, membantu mendorong short-covering Selasa (6/8).

“Sulit bagi minyak untuk bertahan (naik) ketika Anda memiliki pergerakan seperti itu dalam ekuitas,” kata analis Petromatrix, Olivier Jakob.

Harga minyak menemukan sedikit dorongan karena pemerintah AS memperkirakan bahwa pertumbuhan di cekungan Permian dan formasi serpih lainnya sebagian besar akan mengimbangi pengurangan produksi dari Teluk Meksiko akibat Badai Barry.

Minyak mentah masih bisa menemukan beberapa dukungan setelah pasar tutup pada Selasa (6/8), dengan jajak pendapat Reuters menunjukkan persediaan minyak mentah AS diperkirakan telah jatuh selama delapan minggu berturut-turut.

American Petroleum Institute (API) akan merilis data persediaan mingguannya pada pukul 16.30 waktu setempat (20.30 GMT), dengan angka resmi pemerintah mengikuti pada Rabu waktu setempat.

Di sisi pasokan, Iran telah mengancam untuk memblokir semua ekspor energi keluar dari Selat Hormuz, yang dilalui seperlima dari lalu lintas minyak global, jika tidak mampu menjual minyak seperti yang dijanjikan oleh perjanjian nuklir 2015 sebagai imbalan untuk mengekang pengayaan uranium. (RA)