NEW YORK– Harga minyak mentah dunia bervariasi pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (20/2) pagi. Hal ini dipicu kekhawatiran tentang permintaan minyak mentah global dan ketidakpastian selama putaran terbaru pembicaraan perdagangan AS-China melawan optimisme investor seputar pengetatan pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April turun US$0,05 menjadi menetap di US$66,45 per barel di London ICE Futures Exchange, melayang di bawah tingkat tertinggi 2019 di US$66,83 yang dicapai pada Senin (18/2).

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik US$0,50 menjadi ditutup pada US$56,09 per barel di New York Mercantile Exchange, merupakan tingkat tertinggi sejak November 2018.

Sanksi-sanksi Washington terhadap minyak dari Venezuela, pemasok minyak mentah sour (minyak mentah dengan kadar belerang tinggi) ke Amerika Serikat, telah membantu mendukung harga minyak berjangka AS, kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.

“Beberapa dari grade sour itu mengangkat WTI … Tampaknya itu adalah situasi jangka pendek,” kata Flynn.

Dalam gambaran yang lebih besar, “Saya pikir pasar mencari alasan untuk menindaklanjutinya, tetapi masih ada banyak pertanyaan seputar kesepakatan perdagangan AS-China” dan ekonomi global, katanya.

Putaran baru pembicaraan yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan China dimulai pada Selasa di Washington, dengan diskusi-diskusi tingkat tinggi direncanakan akhir minggu ini.

Para pedagang mengatakan mereka berhati-hati tentang mengambil posisi baru yang besar sebelum ada hasil pembicaraan.

Dalam bendera merah tentang prospek ekonomi, bank terbesar Eropa, HSBC, memperingatkan akan menunda beberapa investasi tahun ini karena pihaknya gagal mencapai proyeksi laba 2018 akibat perlambatan pertumbuhan di China dan Inggris.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pekan lalu menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2019 menjadi 1,24 juta barel per hari. Beberapa analis percaya bahwa itu bisa lebih lemah.

“Mengingat gambaran ekonomi yang terus-menerus tidak pasti, prospek kami sudah relatif `bearish` untuk 2019 di bawah 1 juta barel per hari dalam pertumbuhan permintaan minyak global dapat dikenakan revisi turun lebih lanjut,” tulis analis di JBC Energy seperti dilansir dari antaranews.com.

Untuk menghentikan penumpukan persediaan yang dapat membebani harga, OPEC+, yang termasuk anggota kelompok produsen dan sekutu seperti Rusia, memulai pemangkasan pasokan baru 1,2 juta barel per hari pada 1 Januari. Pemotongan tersebut telah membantu kenaikan minyak mentah lebih dari 20 persen.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dari Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, mengatakan mereka mendukung kelanjutan koordinasi di pasar energi global, kata Kremlin pada Selasa (19/2). Investor mengatakan pernyataan itu mengurangi keraguan bahwa Rusia akan tetap berpegang pada pakta tersebut.

Sanksi-sanksi AS terhadap eksportir Iran dan Venezuela juga telah mendukung harga minyak.

Venezuela adalah pemasok minyak mentah utama ke kilang-kilang AS. Ekspor Iran, sementara turun tajam sejak sanksi-sanksi dimulai pada November, telah meningkat pada awal 2019, menurut data kapal pengangkut minyak dan sumber-sumber. (RA)