JAKARTA – Pekerjaan rumah pemerintah untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) tidak hanya seputar keekonomian dan kebutuhan biaya besar yang selama ini menjadi tantangan, tapi ternyata perlu ada sosialisasi masif kepada masyarakat. Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, mengatakan sudah waktunya Indonesia meninggalkan bahan bakar fosil dan beralih ke energi bersih, Meski harus diakui saat ini pemerintah juga dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dalam mewujudkan pengembangan energi bersih.

Merebaknya pandemi Covid-19 yang telah berdampak pada pemanfaatan energi di Indonesia harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk segera mengantisipasi proses transisi dari energi fosil ke EBT.

Menurut Ganjar, pada dasarnya masyarakat telah sadar akan bahaya emisi batu bara sehingga penolakan terhadap pembangunan dan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) makin gencar. Tapi niat untuk mengembangkan energi alternatif seperti panas bumi justru tidak mendapatkan respon positif. Banyak masyarakat yang masih takut dampak yang ditimbulkan dari kegiatan eksplorasi panas bumi yang berpotensi menimbulkan semburan seperti yang terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur.

“Covid-19 merupakan mometum tepat untuk Indonesia. Kita bicara batu bara yang marah banyak. Saya coba di Jawa Tengah, mencoba geothermal masyarakat belum menerima takut seperti Lapindo,” kata Ganjar dalam Webinar Green Economic Recovery, Selasa (19/5).

Ganjar mengatakan perhatian pemerintah harus ditingkatkan untuk secara masif dan berkelanjutan memberikan edukasi pengetahuan atau informasi terkait pengembangan energi bersih harus disebarkan secara luas ke masyarakat. Dengan begitu, diharapkan masyarakat juga paham manfaat dari pengembangan EBT.

“Perlu ilmu yang di-share, Kalau kita bicara energi dari matahari perlu dibicarakan dengan baik. Momentum Covid-19 perlu dipakai untuk mengambil cara politik tidak biasa,” ujar Ganjar.

Pelaksanaan diskusi dengan tema transisi menuju ke energi bersih merupakan cara cukup tepat yang bisa dijalankan pemerintah dalam mendapatkan masukan para ahli terkait. Sehingga hal ini tentu juga berdampak bagi pemerintah guna mengambil kebijakan.

“Kemudian inisiatif apa yang mesti kita ambil. Saya sudah minta tolong siapa yang bisa designkan kebijakan EBT agar kita lebih enak hidupnya di remote area kita kerjakan itu harus ada improvement agar bisa dilakukan,” ujarnya.

Hariyanto, Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), mengatakan pengembangan EBT selaras komitmen. pemerintah dengan emisis gas rumah kaca

“Kita komiten gas rumah kaca dan ini untuk pemenuhan ini dan energi bersih. Keberhasilan 23% sangat kontribusi kepada pencapaian perubahan gas rumah kaca di 2030,” kata dia.

Satu varian sumber energi yang masih dimungkinkan untu dikembangkan di seluruh wilayah tanpa adanya pertentangan masyarakat adalah tenaga matahari.  Saat ini kata Hariyanto pemerintah sudah siapkan strategi agar Pembangkit Listrik Tenaga Solar (PLTS) bisa gencar pengembangannya. “Strategi PLTS skala besar. Dalam rangka menggunakan bekas tambang. PLTS di lahan eks tambang di berbagai daerah,” kata Hariyanto.(RI)