JAKARTA – Blok Sakakemang sempat menjadi buah bibir beberapa tahun lalu lantaran digadang-gadang jadi penemuan cadangan besar gas di Indonesia dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Gas dari Sakakemanag diproyeksi untuk mengisi kebutuhan gas di dalam negeri namun bukan tidak mungkin gasnya nanti akan diekspor.

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan sampai sekarang penjajakan kepada para calon pembeli gas dari Sakakemang terus dilakukan. Dia memamg tidak menampik jika nanti gasnya juga akan kembali diekspor dengan catatan negara memperoleh manfaatnya.

“Sedang dijajaki terus, ada market domestik atau ke Singapore yang sudah ada fasilitasnya. Kalau memang tidak terserap ya mungkin saja bisa ekspor untuk menambah devisa juga kan,” kata Julius kepada Dunia Energi, Senin (31/1).

Dia menegaskan pemerintah sendiri menargetkan gas di Sakakemang bisa diproduksi pada tahun 2024. Namun target tersebut ternyata juga memiliki tantangan terkait keekonomian.

“2024 kita usahakan. Keekonomian (tantangannya),” ujar Julius.

Repsol sebagai operator blok Sakakemang baru saja menyelesaikan Front End Engineering Design (FEED) kemudian sekarang sedang dilakukan proses Value Engineering untuk usaha-usaha Optimasi, sambil menunggu Long Duration Test (LDT) untuk kepastian nilai cadangan.

LDT memang harus dilakukan untuk mengetahui jumlah cadangan yang siap diproduksikan. Sebelumnya memang sempat tercatat jumlah potensi cadangan mencapai 2 Triliun Cubic Feet (TCF). Kemudian pengembangan Sakakemang diputuskan menjadi dua tahap dengan memproduksikan sementara cadangan gas sebesar 1 TCF. “Sedang direkonfirmasi (1 TCF) dengan LDT tersebut,” ungkap Julius.

Persetujuan PoD I Blok Sakakemang diberikan pemerintah pada Desember tahun 2020. Tambahan waktu yang diminta Repsol untuk mengembangkan Sakakemang sebenarnya disetujui karena sebelumnya pemerintah menargetkan Repsol bisa memproduksi gas Sakakemang pada tahun 2023. Dalam PoD yang disetujui itu Lapangan Kaliberau akan memproduksi raw gas sebesar 460 BSCF (technical limit) dengan economic limit sebesar 445 BSCF. Adapun perkiraan produksi minyak kondesat sebesar 0.17 MMSTB. Produksi Lapangan Kaliberau Dalam berasal dari 2 sumur yaitu 1 (satu) re-entry KBD-2XST1 dan 1 (satu) sumur pengembangan. Dengan perkiraan pendapatan pemerintah dari POD I Kaliberau sebesar US$413 juta. (RI)