Grafis lokasi insiden Big Gossan dan upaya penyelamatan yang dilakukan.

Grafis lokasi insiden Big Gossan dan upaya penyelamatan yang dilakukan.

JAKARTA –  PT Freeport Indonesia berjanji, akan membiayai pendidikan anak-anak dari 28 korban runtuhnya tambang emas Big Gossan yang meninggal dunia, sampai perguruan tinggi.

Janji ini diungkapkan Presiden Direktur Freeport Indonesia, Rozik B Soetjipto saat menyampaikan perkembangan terakhir operasi penyelamatan korban dari reruntuhan tambang bawah tanah Big Gossan, di Jakarta, Rabu, 22 Mei 2013. 

Menurutnya, hari-hari ini merupakan masa berkabung bagi keluarga besar PT Freeport Indonesia. “Kami merasa sangat terpukul atas musibah di area Big Gossan, yang terjadi pada 14 Mei lalu, dan menyampaikan duka cita yang dalam kepada keluarga dari 28 saudara kami yang meninggal dalam peristiwa naas tersebut,” kata Rozik.

Ia menuturkan, sampai Selasa malam, 21 Mei 2013, seluruh jenazah korban yang tewas, telah diangkat dari reruntuhan. Korban terakhir berhasil dikeluarkan dari lokasi kejadian pada Selasa sekitar pukul 21.00 WIT.

“Hampir semua jenazah korban telah kami pulangkan kepada sanak keluarga di kampung halamannya di Jayapura, Biak, Timika, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, termasuk jenazah yang terakhir dievakuasi,” jelasnya.

Sedangkan 10 korban yang berhasil diselamatkan dalam keadaan luka-luka, lima diantaranya saat ini tengah mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Premier Bintaro, Jakarta. Kondisi mereka, kata Rozik, terus menunjukkan perbaikan dari hari ke hari.

“Sedangkan lima rekan mereka yang dirawat di Rumah Sakit Tembagapura, saat ini sudah dapat meninggalkan rumah sakit. Namun masih perlu mengikuti terapi-terapi lainnya, termasuk konseling traumatic pasca kejadian,” ungkapnya. Pendampingan dan konseling juga diberikan kepada keluarga korban yang meninggal dunia.

Misi Penyelamatan 8 Hari

Rozik menuturkan, sejak kejadian runtuhnya tambang bawah tanah Big Gossan di Mimika, Papua, misi penyelamatan telah dilakukan selama delapan hari, siang maupun malam. Evakuasi berlangsung lambat, karena kondisi puing-puing batuan yang tidak stabil di area tempat kejadian.

“Dapat dibayangkan kendala dan kesulitan yang dihadapi, dalam upaya evakuasi korban di bawah reruntuhan batuan. Setiap langkah maju dalam pembersihan area dari puing-puing, seringkali tim penyelamat menghadapi risiko banyaknya batu-batu yang runtuh, sehingga membahayakan keselamatan mereka sendiri dan menghambat pengambilan jasad korban,” terangnya.

Sampai hari terakhir, 21 Mei 2013, meski kemungkinan menemukan korban yang selamat semakin tipis, tim penyelamat yang beranggotakan 200 orang tetap tak patah semangat. Mereka tetap berusaha untuk mengeluarkan jasad rekan-rekan kerja mereka yang terkubur.

“Kegiatan evakuasi mereka lakukan dalam ruang yang sempit, kondisi basah, dan berbahaya, karena selalu ada risiko runtuhan susulan. Walaupun demikian, mereka tetap bekerja tanpa pamrih dengan semangat “tidak boleh ada yang tertinggal”. Kami bangga memiliki mereka,” ujar Rozik.

Prioritas Korban Meninggal

Saat ini, kata Rozik, Freeport sedang sibuk menyelesaikan kewajiban untuk memulangkan dan mengurus pemakaman jenazah korban yang meninggal. Freeport juga telah mempersiapkan santunan bagi keluarga yang ditinggalkan, maupun bagi mereka yang mengalami cedera.

“Di samping itu, kami akan menanggung biaya pendidikan putera-puteri dari rekan-rekan kita yang meninggal dunia, sampai dapat menyelesaikan pendidikan universitas serta memberikan prioritas kepada kerabat mereka untuk kesempatan bekerja di perusahaan,” paparnya.

Usai misi penyelamatan, prioritas lainnya bagi Freeport adalah mengerahkan tim lapangan, untuk khusus melakukan inspeksi keselamatan kerja menyeluruh pada semua fasilitas tambang bawah tanah, sesuai dengan arahan inspektur tambang dari Direktorat Jenderal Minerba.

“Kami belum memikirkan untuk memulai kembali kegiatan operasional kami. Melainkan akan melakukan investigasi menyeluruh, bersama Kementerian ESDM dan pihak-pihak independen, baik nasional maupun internasional,” ungkap Rozik.

Daftar 28 korban meninggal insiden tambang bawah tanah Big Gossan:

  1. Aan Nugraha
  2. Amir Tika
  3. Aris Tikupasang
  4. Artinus Magal
  5. Daniel Tedy Eramuri
  6. David Gobai
  7. Febry Tandungan
  8. Ferry Edison Pangarbuan
  9. Frelthon Wantalangi
  10. Gito Sikku
  11. Hengky Ronald Hendambo
  12. Herman Susanto
  13. Jhoni Michael Ugadje
  14. Joni Tulak
  15. Lestari Siahaan
  16. Lewi Mofu
  17. Ma’mur
  18. Mateus Agus Marandof
  19. Muntadhim Ahmad
  20. Petrus Frengo Marangkeren
  21. Petrus Padak Duli
  22. Retno Bone
  23. Rooy Rogers Kailuha
  24. Selpianus Edowai
  25. Suleman
  26. Victoria Sanger
  27. Wandi
  28. Yapinus Tabuni

(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)