JAKARTA – Menteri BUMN dalam Rapat Paripurna DPR RI pada 4 Februari 2025), mengemukakan bahwa Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (DANANTARA) didirikan dalam rangka melakukan konsolidasi pengelolaan BUMN serta optimalisasi pengelolaan dividen dan investasi.
Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Arie Gumilar mempertanyakan motif dibalik pembentukan Danantara. “Jangan-jangan Danantara hanya sebuah instrumen yang dibuat untuk membayar atau melunasi hutang-hutang negara. Kalau ini yang terjadi, maka negeri ini sudah benar-benar tergadai. Kepentingan kapitalis dan liberal menjadi sangat terbuka di Indonesia,” ujar Arie Gumilar, dalam acara diskusi yang digelar Forum Komunikasi Sobat Energi, di kantor FSPPB Jakarta, Rabu(30/4/2025).
Ia menyampaikan kekhawatirannya atas kebijakan yang dinilai dapat mengancam kedaulatan energi nasional.
Menurut Arie, pengalihan saham seri B milik PT Pertamina (Persero) ke holding Danantara bukan sekadar restrukturisasi, tapi perubahan fundamental yang bisa membuka pintu lebih lebar bagi pengaruh kapitalis dan liberal dalam sektor energi.
“Pertamina itu mengelola hajat hidup orang banyak. Harusnya dikelola langsung oleh negara, bukan masuk dalam skema korporatisasi seperti ini,” ujarnya
FSPPB mendesak pemerintah meninjau ulang keterlibatan Pertamina dalam Danantara. Perusahaan seperti Pertamina, PLN, dan Bulog adalah ujung tombak pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Sehingga dianggap tak layak disatukan dalam entitas bisnis yang berorientasi korporasi murni. “Federasi berjuang supaya Pemerintah mempertimbangkan kembali masuknya Pertamina, PLN, Bulog dan BUMN lain yang memang ditugaskan oleh negara untuk mengelola atau menyediakan kepentingan publik dikeluarkan dari Danantara. Atau bahkan evaluasi kembali Danantara,” ujarnya.
Arie menegaskan semangat Pasal 33 UUD 1945 seharusnya menjadi dasar utama pengelolaan energi dan sumber daya alam. “Hanya dengan kendali penuh negara, energi bisa benar-benar digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat,” ujarnya.(RA)
Komentar Terbaru