JAKARTA – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan sudah ada operator baru di proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) pada akhir bulan Mei ini.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, mengungkapkan kesepakatan sudah mulai terjalin antara operator baru dan operator eksisting saat ini yakni Chevron.

“IDD akhir Mei ini, sudah punya operator baru,” kata Arifin saat berbincang bersama media, Jumat (5/5).

Secara singkat dan tegas Arifin menyatakan bahwa penggantin Chevron nanti adalah perusahaan raksasa migas asal Italia. “Iya (ENI),” katanya singkat sambil tersenyum.

Proyek IDD ini termasuk salah satu proyek hulu migas terbesar di Indonesia saat ini serta bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) kebanggaan presiden Joko Widodo bersama dengan proyek Masela, Train Tangguh 3 serta Jambaran Tiung Biru (JTB).

Proyek IDD tahap II akan menggabungkan dua lapangan migas, yakni Lapangan Gendalo, Blok Ganal dan Gehem, Blok Rapak. Pengembangan tahap II ini mendesak untuk segera dilanjutkan, apalagi kontrak blok Rapak dan Ganal juga akan berakhir pada 2027 dan 2028.

Berdasarkan data SKK Migas, proyek IDD tahap II adalah proyek pengembangan lapngan Gendalo – Gehem dan diproyekso bisa berproduksi hingga 844 juta kaki kubik per hari atau million standard cubic feet per day (scfd) gas dan minyak 27 ribu barel per hari (bph). Proyek tersebut sedianya akan beroperasi pada kuartal IV 2025.

Chevron (sebagai operator) memegang 63% hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu Eni. Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau. Pengembangan Gendalo-Gehem termasuk pengembangan dua hub terpisah masing-masing memiliki FPU, pusat pengeboran bawah laut, jaringan pipa gas alam dan kondensat, serta fasilitas penerimaan di darat. Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek IDD akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair.