JAKARTA – Kelanjutan rencana PT Pertamina (Persero) untuk memasok gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) ke Bangladesh melalui kerja sama dengan Petrobangla dipastikan tidak akan berlangsung dalam waktu dekat lantaran belum ada kesepakatan harga.

Basuki Trikora, Direktur Pemasaran Korporat Pertamina, mengatakan kesepakatan masih belum terjadi, bahkan hingga tahun depan kemungkinan masih belum ada.
“Masih dalam proses. Negosiasi harga LNG-nya,” kata Basuki saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kerja sama untuk memasok LNG ke Bangladesh merupakan pengalaman pertama kali Pertamina mengekspor LNG ke negara lain.

Bangladesh membutuhkan banyak pasokan LNG dengan adanya dua fasilitas Floating Storage Ragasification Unit (FSRU) tambahan yang dijadwalkan rampung pada tahun ini. Pertamina diharapkan bisa memasok LNG dengan kapasitas sekitar 1 MTPA.

Pada awal kerja sama, sebenarnya Pertamina tidak hanya akan memasok kebutuhan gas. Perseroan juga akan menyiapkan berbagai infrastruktur pendukung untuk menjadikan gas menjadi listrik.

Namun menurut Basuki, Pertamina hanya akan mendukung suplai LNG tidak dengan fasilitas dan infrastruktur. “Kami persiapan untuk kerja sama suplainya. Pertamina tidak masuk dalam infrastruktur itu,” kata dia.

Basuki mengatakan realisasi penjualan gas Pertamina hingga kuartal III 2018 sudah mencapai 114 kargo. Pertamina optimistis semua kargo gas bisa terserap.
“Kan 114 kargo. Pada 2018 ini estimasinya 148 kargo,” tukasnya.

Untuk domestik, suplai gas Pertamina diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gas PT PLN (Persero). Apabila ada kelebihan pasokan gas, maka Pertamina akan langsung menjual stok yang ada ke pasar spot. Namun sampai sekarang belum ada kepastian angka jumlah kargo uncommitted.  “Baru nanti cari market-nya, dan semua itu kan tender. Kalau kami LNG hanya dagang aja. Alokasi kan sudah ada penentuannya. Kami hanya pelaksana saja,” kata Basuki.(RI)