HOUSTON– Harga minyak mentah naik lebih dari 1% ke tingkat tertinggi tahun ini pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis (21/2) pagi WIB) ditopang harapan bahwa pasar minyak akan seimbang tahun ini dan dibantu oleh pengurangan produksi dari produsen-produsen utama serta sanksi-sanksi AS terhadap anggota OPEC Iran dan Venezuela.

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik US$63 sen atau 0,95%, menjadi menetap di US$67,08 per barel.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret ditutup di US$56,92 per barel, naik US$83 atau 1,48%, menjelang berakhirnya kontrak. Kontrak April yang lebih aktif diselesaikan pada US$57,16 per barel, naik US$71 sen atau 1,38%.

Kekhawatiran pasar atas pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China telah membantu menekan harga minyak lebih rendah pada awal perdagangan, tetapi pasar berbalik setelah tanda-tanda kemajuan muncul pada Rabu (20/2) dan memperkuat pasar ekuitas.

Presiden AS Donald Trump mengatakan negosiasi dengan China berjalan baik dan menyatakan dia terbuka untuk memperpanjang tenggat waktu guna menyelesaikannya melampaui 1 Maret, ketika tarif impor China senilai US$200 miliar dijadwalkan naik menjadi 25% dari 10%.

“Kami di pasar sedang menunggu berita utama berikutnya untuk mendorong kami lebih tinggi atau lebih rendah,” kata Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago seperti dikutip Reuters yang dilansir antaranews.com. Menurut Flynn, pembicaraan perdagangan AS-China berada di antara masalah-masalah yang paling menjadi fokus para pelaku pasar.

“Pasar minggu ini telah didorong ke tertinggi tiga bulan di tengah ekspektasi pasokan yang ketat,” kata Wakil Presiden Riset Pasar Tradition Energy, Gene McGillian, di Stamford, Connecticut.

“OPEC dan Rusia memberlakukan pemotongan dan kekhawatiran tentang pengurangan ekspor Venezuela telah membantu mendorong pasar naik,” katanya.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya, termasuk Rusia – sebuah aliansi yang dikenal sebagai OPEC+ – sepakat untuk mengurangi pasokan minyak sebesar 1,2 juta barel per hari mulai 1 Januari tahun ini.

Sebuah komite pemantauan untuk OPEC dan sekutunya menemukan kepatuhan kelompok dengan perjanjiannya di 83%, empat delegasi mengatakan kepada Reuters pada Rabu (20/2).

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih berharap pasar minyak akan seimbang pada April, dan tidak akan ada kesenjangan dalam pasokan karena sanksi-sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela.

“Anda bisa menganggap itu sebagai sinyal bahwa Arab Saudi akan terus mengambil pendekatan proaktif,” kata Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow, di Houston. Beberapa gangguan pasokan semakin memperketat persediaan.

Perusahaan minyak negara Saudi, Aramco, pekan lalu menutup sebagian ladang minyak lepas pantai Safaniyah setelah kabel listrik terputus secara tidak sengaja. Produksi di ladang El Sharara yang diperebutkan Libya telah dihentikan sejak Desember.

Sanksi-sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela juga telah membantu mengurangi ketersediaan minyak mentah di pasar global.
Namun, kenaikan harga minyak dibatasi karena gangguan pasokan itu diimbangi oleh ekspektasi peningkatan persediaan di AS setelah terjadi penurunan tajam dalam pemanfaatan kapasitas kilang di Midwest AS. (RA)