NEW YORK- Harga minyak melonjak hampir 2% ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (16/6) pagi WIB. Hal ini didorong oleh ekspektasi permintaan akan pulih dengan cepat pada semester II 2021, setelah sehari sebelumnya relatif stabil.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik US$1,13 atau 1,6%, menjadi ditutup pada US$73,99 per barel. Patokan global ini selama sesi sempat mencapai US$74,07 per barel, tertinggi sejak April 2019.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli bertambah US$1,24 atau 1,8%, menjadi menetap di US$72,12 per barel. WTI mencapai tertinggi sesi US$72,19 per barel, tertinggi sejak Oktober 2018.

Mengangkat harga-harga, pedagang minyak terbesar dunia mengatakan pada Selasa (15/6) bahwa mereka memperkirakan harga minyak tetap di atas US$70 per barel karena permintaan diperkirakan akan kembali ke tingkat pra-pandemi pada paruh kedua 2022.

Russel Hardy, Kepala Eksekutif Vitol, memperkirakan harga minyak bergerak US$ 70-US$ 80 per barel untuk sisa tahun ini, dengan harapan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) menjaga disiplin pasokan, bahkan ketika ekspor Iran dapat dilanjutkan jika Amerika Serikat bergabung kembali dengan perjanjian nuklir dengan Teheran.

“Kami telah mengalami penarikan-penarikan stok tersebut selama beberapa bulan, pasar menuju ke arah yang benar,” kata Hardy kepada FT Commodities Global Summit.

Menurut Jeremy Weit, Kepala Eksekutif Trafigura, pada acara yang sama ada peluang bagus harga bisa mencapai US$100 per barel karena penurunan cadangan sebelum dunia mencapai puncak permintaan minyak.

Produsen OPEC+ secara bertahap melonggarkan pembatasan produksi dalam beberapa bulan terakhir.

“Keputusan OPEC+ untuk terlalu berhati-hati dalam mengembalikan pasokan ke pasar, apakah ini benar-benar hati-hati atau mereka sengaja menaikkan harga minyak, telah menjadi penghela utama dalam melihat Brent US$73 per barel,” kata Louise Dickson, analis pasar minyak di Rystad Energy.

Sumber menyebutkan, stok minyak mentah AS turun 8,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 11 Juni, menurut dua sumber pasar, mengutip angka American Petroleum Institute pada Selasa (15/6). Persediaan bensin naik 2,85 juta barel dan stok sulingan naik 1,96 juta barel.

Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS telah jatuh selama empat minggu berturut-turut, turun sekitar 3,3 juta barel pekan lalu.

Investor dan pedagang juga mengamati hasil pertemuan dua hari Federal Reserve AS yang dimulai pada Selasa (15/6) untuk sinyal tentang kapan akan mulai mengurangi stimulus moneter. (RA)