JAKARTA – Penjualan amonia mendorong pendapatan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) sepanjang 2018 melonjak 340% menjadi US$148,04 juta dibanding raihan 2017 sebesar US$33,7 juta. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, Senin (1/4), penjualan amonia memberikan kontribusi pendapatan terbesar US$98,74 juta. Surya Essa melalui PT Panca Amara Utama mulai mengoperasikan pabrik amonia di Luwuk, Banggai, Sulawesi Tengah pada Juli 2018.

Selain penjualan amonia, Surya Esa juga mencatat pendapatan dari penjualan LPG (Liquefied Petroleum Gas) sebesar US$41,14 juta dan pendapatan dari jasa pengolahan US$8,1 juta. Pada 2017, pendapatan Surya Essa tercatat hanya berasal dari penjualan LPG.

Tiga perusahaan yang menjadi target penjualan terbesar Surya Esa adalah Genesis Corporation, PT Pertamina (Persero) dan Mitsubishi Corporation. Ketiganya masing-masing memberikan kontribusi pendapatan sebesar US$71,31 juta, US$41,14 juta dan US$20 juta.

Seiring kenaikan pendapatan, beban pokok ikut naik dari US$17,5 juta menjadi US$84,94 juta pada tahun lalu. Laba kotor tercatat US$63,09 juta, melonjak dibanding raihan 2017 sebesar US$16.19 juta.

Kinerja laba juga tidak tergoyahkan meski pada pos beban umum dan administrasi serta beban keuangan juga naik signifikan. Beban keuangan melonjak dari US$4,69 juta pada 2017 menjadi US$23,2 juta pada tahun lalu. Demikian pula beban umum dan administrasi yang naik menjadi US$13,9 juta dibanding 2017 sebesar US$7,53 juta. Surya Essa juga tercatat membukukan kerugian lain-lain sebesar US$2,41 juta pada tahun lalu dibanding 2017 yang hanya US$119,21 ribu.

Seiring kenaikan pendapatan, Surya Esa membukukan laba bersih US$41,41 juta pada 2018, melonjak dibanding perolehan 2017 yang hanya US$1,89 juta. Lonjakan kinerja keuangan tersebut direspon positif pelaku pasar. Pada sesi perdagangan Selasa pagi (2/4), saham Surya Esa berkode ESSA tercatat naik 4,43% ke level Rp424.(AT)