JAKARTA – Thorcon International akan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) Thorium Molten Salt Reactor (TMSR) berkapasitas 500 megawatt (MW) senilai US$1,2 miliar atau setara dengan Rp 17 triliun.

PLTT Thorcon akan menggunakan model desain struktur kapal dengan Panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax ini rencananya akan di bangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan, yang merupakan galangan kapal nomor 2 terbesar di Dunia. PLTT di targetkan akan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 10%.

“PLTT Thorcon akan dibangun dalam bentuk barge mounted power plant (BMPP) atau pembangkit listrik di atas kapal tongkang, cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang mayoritas wilayahnya adalah kepulauan.
Rencana lokasinya di sebuah pulau tidak berpenghuni di Bangka Belitung (Babel),” kata Bob S Effendi, COO Thorcon Power Indonesia, kepada Dunia Energi, Kamis(17/2/2022).

Thorcon Power rencananya akan mengembangkan PLTT di Indonesia sebagai Independent Power Producer (IPP) tanpa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan target harga jual listrik yang bersaing dengan pembangkit listrik batu bara. Rencananya, pada pertengahan 2022 seluruh kajian yang di minta pemerintah sudah selesai dan harapannya akan di ajukan sebagai konsideran proposal PLTT untuk di jadikan Proyek Strategis Nasional PSN).

“Intinya kami dalam proses pembuatan kajian yang akan di sampaikan kepada pemerintah sebagai pertimbangan. Kalau menurut kajian Bapenas, PLTN seharusnya masuk periode 2030-2035. Serta dengan adanya kerjsama dengan BRIN, prototipe PLTN sesungguhnya dapat di bangun sebagai reaktor daya non komersial,” kata Bob.

Dalam rangka penelitian, pengembangan serta persiapan implementasi, Thorcon Power Indonesia sebelumnya telah melakukan kerja aama dengan tiga Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yakni Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Bangka Belitung (UBB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan berbagai tujuan kerjasama.

Beberapa kajian yang akan di berikan antara lain survey penerimaan masyarakat dan program sosialisasi; kajian nuklir sebagai energi ramah lingkungan; kajian sistem keselamatan; feasibility study kelistrikan, grid study, survey tapak; kajian TKDN dan peta jalan industri nuklir; kajian ekologi dan daya dukung lingkungan pulau yang akan di pakai sebagai tapak; dan peta jalan implementasi PLTT.

Thorcon juga telah menunjuk Empresarios Agrupados (EAI) konsultan perencana engineering yang bertugas untuk melakukan perencanaan desain, konstruksi, operasi sampai dekomisioing, dalam rangka persiapan pembangunan prototipe PLTT Thorium Molten Salt Reactor (TMSR) 500MW di Indonesia. EAI nantinya juga bertugas untuk melakukan kajian high level safety assessment terhadap dokumen keselamatan Thorcon yang akan didampingi oleh Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagai salah satu syarat dalam memenuhi permintaan pemerintah Indonesia yang rencananya akan dimulai dalam waktu dekat ini.

Bob menambahkan PLTT TMSR 500MW dimungkinkan menjadi solusi guna mengatasi krisis energi.

“Krisis energi Eropa telah membuktikan bahwa mengandalkan ekonomi sebuah negara besar kepada cuaca yang tidak menentu bukanlah sebuah kebijakan yang benar. Ketika angin tidak bertiup selama berbulan-bulan Eropa kehilangannya lebih dari 30% pasokan energi yang membuat mereka membakar batu bara lagi. Ini seharusnya dijadikan lesson learnt bagi Indonesia,” kata Bob.(RA)