JAKARTA – China bakal ikut ambil bagian dalam mempercepat ketersediaan infrastruktur kelistrikan melalui State Grid Corporation of China (State Grid). Perusahaan asal negeri tirai bambu itu sudah menyatakan ketertarikan untuk menggelontorkan investasinya di Indonesia. Pemerintah pun menyambut positif niat tersebut.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan transmisi listrik sangat dibutuhkan di negara kepulauan seperti Indonesia. Namun jumlahnya sangat minim sekarang. PLN dinilai kuwalahan jika harus mengejar pembangunan transmisi listrik sendiri.

“Sendiri kerjain mau sampai kapan?”, kata Arifin ditemui seusai menggelar pertemuan dengan State Grid di Kementerian ESDM, Kamis (26/10).

Arifin menjelaskan State Grid merupakan perusahaan penyedia transmisi yang cukup berpengalaman di dunia dan diharapkan bisa membantu PLN untuk mempercepat ketersediaan jaringan transmisi.

“Dia juga sudah kerja sama di luar negeri. Sekarang ada kerja sama dengan PLN, ya kita tadi akan dorong supaya ini bisa jalan, ini gimana caranya kita bangun transmisi energi khususnya listrik supaya bisa sebaik mungkin kan banyak yang belum nyambung nih,” kata Arifin.

Oleh sebab itu, Arifin pun berharap kerja sama yang akan dilakukan antara PT PLN (Persero) dengan State Grid untuk membangun jaringan transmisi dapat segera terealisasi.

Proyek yang akan ditawarkan ke State Grid salah satunya yakni jaringan interkoneksi untuk menghubungkan sistem kelistrikan Jawa-Bali dan Sumatera dengan kapasitas 500 kilo volt (kV).

“Contohnya di daerah Sumatera, HVDC (Transmisi High Voltage Direct Current) nyambungin itu kan transmisi 500 kV nya kan cuma sampai di Sumatera Selatan, Palembang, sambungin dong sampai ke Medan,” kata dia.

Arifin membeberkan bahwa sepanjang jalur yang akan dialiri listrik tersebut cukup banyak sumber-sumber energi baru dan terbarukan (EBT) yang dapat dimanfaatkan. Mulai dari energi yang bersumber dari air, matahari, dan panas bumi.

Keterlibatan China ini diharapkan juga bisa meningkatkan bauran EBT di Indonesia. Selain jaringan interkoneksi untuk menghubungkan sistem kelistrikan Jawa-Bali dan Sumatera, pemerintah juga menawarkan jaringan interkoneksi di wilayah lainnya. Misalnya seperti di Sulawesi.

“Sulawesi itu anginnya banyak ada gas ada air ya, udah bisa teroptimalkan belum jaringannya aja cuma dari selatan ke utara gak nyambung. Itu masuk dalam RUPTL walaupun 500 kV kita harapkan itu 2025 harusnya bisa nyambung karena di utara udah bakar diesel,” kata Arifin.