JAKARTA– PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC), salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu, menjadi kontributor terbesar laba bersih sepanjang 2017 kepada induk usaha di antara sembilan anak usaa Pertamina di sektor hulu. Laba bersih PEPC bahkan mengalahkan kontribusi dari PT Pertamina EP (PEP).

Laporan keuangan tahunan PT Pertamina (Persero) memperlihatkan, PEPC mampu membukukan laba bersih sebesar US$ 662,21 juta pada 2017, naik signifikan dibandingkan 2016 yang tercatat US$ 222,67 juta ditopang peningkatan pendapatan dari US$ 882,36 juta menjadi US$ 1,33 miliar. PEPC saat ini menjadi mitra ExxonMobil dalam pengelolaan Lapangan Banyuurip di Blok Cepu. Total porsi kepemilikan PEPC di Blok Cepu sebesar 45%, sama seperti ExxonMobil Oil Indonesia, anak usaha ExxonMobil. Sisanya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Blora di Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, dan Pemprov Jateng dan Pemprov Jatim.

 

Lapangan migas Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur. (Foto: Dudi Rahman/Dunia-Energi)

Sementara itu, PEP mencatatkan laba bersih pada 2017 sebesar US$ 614,78 juta dibandingkan US$ 589,70 juta (year-on-year). Pendapatan juga naik dari US$ 2,48 miliar menjadi US$ 2,77 miliar.

Peringkat ketiga kontributor terbesar sektor hulu Pertamina pada 2017 adalah PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Anak usaha yang mengelola lebih dari 50 perusahaan itu mencatatkan laba bersih US$ 248,89 juta, naik dari US$ 188,86 juta ditopang peningkatan pendapatan dari US$ 1,53 miliar menjadi US$ 1,99 miliar.

Peringkat keempat diduduki oleh PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP). Anak usaha Pertamina yang mengurus ladang minyak di lua rnegeri membukukan laba bersih US$ 104,66 juta, turun dari periode sama 2016 sebesar US$ 192,50 juta. Padahal, pendapatan PIEP pada 2017 naik signifikan dari US$ 538,2 juta menjadi US$ 1,16 miliar.

Perolehan untung junga diraih tiga anak usaha sektor hulu Pertamina. Ketiganya adalah PT Pertamina Geothermal Energy yang mencatatkan laba bersih U$ 96,72 juta. Raihan laba bersih anak usaha Pertamina di sektor panas bumi ini naik dari 2016 sebesar US$ 75,16 juta ditopang peningkatan pendapatan dari US$ 533,488 juta menjadi US$ 622,47 juta.

Kenaikan laba bersih juga diperoleh PT Pertamina Drilling Service Indonesia yang meraup US$ 18,21 juta, naik dari 2016 sebesar US$ 8,71 juta. PT Elnusa Tbk (ELSA), anak usaha Pertamina di sektor pengeboran, juga membukukan laba bersih US$ 18,74 juta. Namun, perolehan laba bersih ini turun dibandingkan periode sama 2016 sebesar US$ 23,36 juta. Padahal, Elnusa membukukan pendapatan sebesar US$ 372 juta berbanding US$272 juta (year-on-year).

Namun demikian, tak seluruh anak usaha di sektor hulu Pertamina untung. Ada dua perusahaan yang merugi, yaitu PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu Alas Dara dan Kemuning (ADK) dan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Pertamina EP ADK mencatatkan kerugian US$ 57,79 juta. Sedangkan PHI rugi US$ 2,65 juta. Rugi yang diperoleh PHI karena terminasi Blok Mahakam ke Pertamina baru terjadi pada 1 Januari 2018 sehingga secara keuangan baru dicatatkan di kuartal I 2018. (DR)