JAKARTA – Pemerintah boleh jadi “tersedak” ketika mengetahui berita belum lama ini yang menyebutkan bahwa Elon Musk, pemilik Tesla, perusahaan mobil listrik terbesar di dunia saat ini bakal membuka kantor perwakiln Tesla di Malaysia, negara tetangga Indonesia.

Terkejut? jelas saja, pasalnya pemerintah Indonesia yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo dan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) telah mendekati Elon selama setahun lebih terakhir, membujuknya untuk berinvestasi di tanah air. Presiden Jokowi maupun Luhut bahkan sempat bertemu langsung dengan Elon Musk. Tapi ujung-ujungnya justru secara mengejutkan berita masuknya Tesla ke negeri Jiran diumumkan oleh pemerintah Malaysia.

Kenyataan tersebut membuat banyak pihak bertanya-tanya, kenapa Malaysia lebih dipilih Elon ketimbang Indonesia? padahal Indonesia memiliki sumber daya alam Nikel sebagai bahan baku utama pembuatan mobil maupun baterai kendaraan listrik.

Arcandra Tahar, mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menilai ada beberapa keunggulan Malaysia yang dinilai Tesla lebih menguntungkan mereka dari sisi bisnis.

Menurut Arcandra Malaysia sudah memiliki ekosistem dibidang elektrikal dan elektronik yang cukup kuat di dunia. Malaysia memproduksi 5% sampai 7% semiconductor untuk kebutuhan dunia.

Dia menilai ketika Amerika Serikat melarang ekspor dan impor semiconductor dari China, Malaysia mendapat keuntungan dengan beralihnya para pembuat semiconductor keluar dari China.

“Sejak masa pandemi Covid19 sampai hari ini, banyak industri yang sangat bergantung pada semiconductor, mengalami kesulitan supply. Produksi industri mobil listrik juga terganggu akibat kurangnya supply semiconductor,” tulis Arcandra dalam akun instagram miliknya yang dikutip pada Kamis (27/4).

Dia menuturkan dengan adanya ekosistem di Malaysia yang comply dengan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika, maka Tesla berharap bisa mengamankan kebutuhan mereka terhadap semiconductor ke depan. “Suatu pilihan yang cerdas bukan?,” ungkap Arcandra.

Selanjutnya, menurut Arcandra pemerintahan Malaysia dirasa sudah kembali stabil. Adanya beberapa kali pergantian kepala pemerintahan dalam waktu singkat membuat banyak investor ragu terhadap masa depan investasi mereka. Tapi dengan diangkatnya Datuk Seri Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri yang baru, kepercayaan investor terhadap Malaysia bisa jadi telah tumbuh kembali.

“Mungkin terlalu dini untuk mengatakan hal tersebut. Tapi adalah fakta bahwa Tesla memutuskan berinvestasi pada saat pemerintahan Datuk Seri Anwar Ibrahim. Kita paham betul setiap investor dan investasi membutuhkan kepastian hukum dan pemerintahan yang stabil. Dua hal ini menjadi syarat utama dalam menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI),” jelas Arcandra.

Alasan ketiga menurut Arcandra yang membuat Tesla tidak ragu berinvestasi di Malaysia adalah paket insentif yang ditawarkan Malaysia sangat menarik. Misalnya, untuk impor kendaraan listrik secara utuh (Completely Built-Up) dibebaskan dari bea impor (import duty) sampai akhir tahun 2025. Insentif ini tentu sangat dibutuhkan oleh para produser mobil listrik karena untuk berinvestasi ke suatu negara, produser memerlukan waktu untuk mengetahui apakah mobil mereka diminati oleh konsumen di negara tersebut. Atau disebut juga dengan test market.
Apabila pemasarannya memenuhi target yang direncanakan maka producer mulai memikirkan untuk membangun fasilitas assembly. Mobilnya diimpor dalam bentuk completely knocked down (CKD) atau incompletely knocked down (IKD).

Apa yang terjadi kalau konsumen dinegara tersebut tidak tertarik dengan mobil listrik yang ditawarkan atau pemasarannya tidak memenuhi target? Maka produser punya pilihan untuk tidak melanjutkan investasi mereka di negara tersebut.

“Jadi insentif bebas bea masuk untuk kendaraan yang di impor secara CBU dapat memberikan daya tarik yang sangat signifikan bagi producer mobil listrik untuk melakukan test market,” ungkap Arcandra.

Menurut dia apabila untuk test market saja pelaku usaha sudah dikenakan bea masuk 50% misalnya. Tentu daya saing mereka untuk penetrasi pasar mobil listrik di sebuah negara menjadi berkurang. Selain itu, kalau insentif diberikan hanya untuk mobil listrik yang diimpor dalam bentuk CKD dan IKD akan menjadi kurang menarik. “Karena sebelum test market producer sudah harus membangun fasilitas assembly,” kata Arcandra.

Seperti diberitakan sebelumnya, Tesla Inc. perusahaan milik Elon Musk bakal membuka kantor di Malaysia terungkap dalam cuitan Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia Tengku Zafrul Aziz di akun Twitternya.

Bukan hanya itu Malaysia juga akan mengizinkan Tesla mengimpor ke Negeri Jiran. Termasuk membuka showroom, pusat servis dan jaringan “supercharger

“Malaysia welcomes @Tesla,” cuit Zafrul saat terpantau CNBC Indonesia.

@MITIMAlaysia (kementerian) telah menyetujui aplikasi Tesla untuk mengimpor BEV ke Malaysia. Tesla akan mendirikan Kantor Pusat, Pusat Pengalaman & Layanan Tesla, dan Jaringan Supercharger,” cuitnya lagi.