INDRALAYA– Sekira 50 orang warga, mayoritas ibu-ibu, menyambut kami di balai pertemuan karang taruna Desa Burai, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, pada Rabu (20/11) siang. Cuaca saat itu sangat cerah tapi sedikit panas. Toh itu tak menyurutkan mereka untuk menanti rombongan wartawan Ibu kota yang hadir di desa dengan luas wilayah 5.000 hektare ini

Desa ini memiliki lansekap alam yang luar biasa indahnya, ditunjang dengan kesederhanaan masyarakatnya, budaya dan adat Sumatera Selatan yang kental melekat. Belum pula rumah-rumah warga dicat warna-warni. Tampak pula aliran sungai Kelekar yang berkelok membuat desa ini semakin apik dan patut dikatakan memiliki potensi menjadi destinasi wisata alam. Sayangnya, potensi tersebut tidak banyak disadari dan dimanfaatkan oleh penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai petani.

Feriyanto (kiri), Kepala Desa Burai Non-Aktif bersama Plt Kepala Desa M Tafdil 

Feriyanto, Kepala Desa Burai Non-Aktif (karena mengikuti proses pemilihan kepala desa), mengatakan Desa Burai sebelumnya termasuk desa tertinggal. Untuk mencapai pusat kota sangat jauh. Maklum, akses jalan masih terbatas. Namun, seiring perjalanan waktu, setelah Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir membuat jalan baru yang langsung menembus Desa Burai, perubahan besar tampak di desa ini. “Setelah ada jalan, transportasi jadi mudah. Warga di sini yang akan beraktivitas juga gampang,” ujar Fery.

Melihat potensi nan besar dari Desa Burai sebagai desa yang unik dari sisi lansekap dan masyarakatnya sangat akomodatif terhadap warga dari luar, manajemen PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field, salah satu unit bisnis PT Pertamina EP, tergerak untuk mewujudkan potensi menjadi nilai tambah bagi aspek wisata di Sumsel, dengan membuat program tanggungjawab sosial (CSR) yang diberi tajuk “BU DEWI” (Burai Desa Wisata). “Bersinergi dengan pemerintah Kabupaten Ogan Ilir, kami merancang rencana strategis dengan sebelumnya melakukan observasi dan penelitian terkait Burai,” ujar Erwin Hendra Putra, Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field CSR Staff.

Berdasarkan studi kelayakan yang telah dilaksanakan sebelumnya, manajemen Prabumulih Field dirancang program yang terdiri dari tiga pilar. Pilar pertama, yaitu peningkatan infrastruktur sarana dan prasarana serta pendampingan SDM kelompok masyarakat untuk dapat mengelola Burai sebagai destinasi wisata secara mandiri oleh masyarakat.

Pembangunan dan pendampingan tersebut meliputi establishment Kampung Warna-Warni, pembuatan spot-spot wisata selfie, pembangunan Saung wisaya, pembangunan rumah galeri produk khas Burai, pembentukan kelompok sadar wisata (POKDARWIS), pendampingan kesenian tari Beumme, penyelenggaraan lomba bidar mini serta penguatan fasilitas wisata air.
Pilar kedua terkait kelompok usaha panganan. Pengolahan Makanan Berbahan Dasar Daging, Kulit, dan Tulang Ikan Berbasis Zero Waste, yaitu program peningkatan usaha kecil dan menengah khususnya pengolahan ikan yang mana merupakan potensi luar biasa Desa Burai yang kaya akan penghasilan ikan sungai mengingat letaknya di tepi sungai kelekar. Masyarakat dibentuk kelompok dengan nama Kelompok Olahan Ikan (KOI). Pengolahan ikan menjadi berbagai bentuk panganan seperti kerupuk, kelempang panggang, kerupuk kulit, keripik tulang, dan lain-lain.

Pilar ketiga adalah usaha kerajinan. Pemberdayaan Kelompok Pengrajin Purun Bebasis Lingkungan, yaitu memanfaatkan potensi desa Burai yang kaya akan Purun. Purun adalah tanaman rumput gambut yang kerap menjadi kambing hitam kebakaran hutan dan lahan, sehingga menjadi komoditas bahan baku yang bermanfaat untuk masyarakat karena dapat digunakan sebagai bahan dasar kerajinan anyaman yang dapat diolah menjadi tikar, tas, sandal, tempat tisu, tempat sampah, topi, hingga casing agenda.

Masih di pilar ketiga, yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin Songket Khas Burai. Ini meliputi pendampingan dan pelatihan kelompok pengrajin songket yang memiliki kemampuan menenun songket dengan sangat baik, dengan pengembangan motif dan pemasaran. Salah satu wadah pemasaran yang efektif adalah dengan mengikutsertakan dalam pameran-pameran, serta dengan dibangunnya galeri produk khas burai bisa menjadi tempat pemasaran yang cukup efektif bagi wisatawan yang mengunjungi Desa Burai. “Harga Songket produk Desa Burai berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah bergantung motif. Kain songket kami sudah terkenal, bahkan beberapa kali dipamerkan di Palembang,” ujar Mustikawati, Ketua Kelompok Perajin Songket Desa Burai.

Yuristian Hadinata, Ketua POKDARWIS Desa Burai mengakui, sebelum kehadiran Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field, Desa Burai cukup sepi. Dengan perbaikan akses masuk desa yang dibantu perusahaan, dan publikasi serta penguatan fasilitas wisata, makin banyak masyarakat Sumsel berkunjung. “Ramai nian sekarang, masyarakat la banyak buat kerajianan, perekonomian makin menggeliat, viral desa kito,” ujarnya.

Tak heran, POKDARWIS yang dibentuk aparat Pemerintahan Desa Burai pun bersemangat untuk ikut terlibat dalam menyukseskan program Bu Dewi. Sekira lebih dari 30 orang pemuda dan remaja Desa Burai menjadi pemandu sekaligus petugas keamanan kendaraan saat pengunjung datang ke desa ini. “Paling ramai akhir pekan. Selain dari wisatawan lokal, ada juga wisatawan dari Malaysia dan Singapura. Wisatawan dari luar umumnya ingin melihat rumah-rumah warga yang usianya puluhan tahun,” ujar Yuristian.

Lantaran akivitas desa wisata ini sangat unik dan menarik, Program Bu Dewi yang dirilis Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field pun diganjar penghargaan, salah satunya The Best Nusantara CSR Awards 2019 by LaTofi School of CSR.

Ndirga Andri Sisworo, Asset 2 Prabumulih Field Manager, mengatakan melalui program Bu Dewi yang dilaksanakan ini, Pertamina EP bersama segenap masyarakat bisa mengubah kehidupan masyarakat lokal di desa yang sebelumnya tertinggal, terpencil menjadi desa yang bergairah dan berdaya.

Ndirga menjelaskan, seirama dengan tujuan utama program ini, yaitu untuk dapat mendongkrak dan meningkatkan citra Desa Burai sebagai destinasi wisata di kabupaten Ogan Ilir, dalam peningkatan pariwisata daerah sebagai komitmen perusahaan dalam pemberdayaan masyarakat.

“Sebagaimana visi misi perusahaan melakukan kegiatan usaha dengan terus memperhatikan lingkungan dan masyarakat,” ujarnya.

Dia berharap, dengan semakin menanjaknya popularitas Desa Burai, program mampu menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk kemajuan daerah terutama bidang pariwisata. Dengan demikian, lebih banyak lagi penggemar traveling berkunjung dan menjadikan Sumsel sebagai salah satu destinasi domestik yang indah. “eberhasilan program menjadi kebanggaan perusahaan serta sebagai wujud partisipasi peran dalam memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” ujarnya. (DR)