JAKARTA – Investasi pembangunan Tangguh Train 3 melonjak cukup besar. Dalam data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) estimasi awal pembangunan train 3 oleh BP Berau Ltd akan memakan biaya investasi US$8,9 miliar. Tapi setelah dilakukan evaluasi ternyata ada pembangkakan sekitar US$750 juta.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas,  mengatakan salah satu penyebab membengkaknya investasi pembangunan Tangguh Train 3 adalah pandemi Covid-19. Berbagai penyesuaian kegiatan operasional pembangunan membuat timbul pos pembiayaan baru yang tidak dapat terelakan.

“Karena Covid-19 ya pasti ada tambahan,” kata Julius kepada Dunia Energi, Selasa (29/12).

Dia menuturkan BP harus merogoh kocek lebih dalam untuk memastikan pandemi tidak menganggu pembangunan train 3 sehingga berbagai penyesuaian harus dilakukan. Biaya terutama yang berhubungan langsung dengan pekerjaan civil works.

“Ada biaya tambahan karena keterlambatan pekerjaan early civil works pada awal-awal proyek yang menyebabkan ada perubahan atau penambahan lingkup kerja,” ujar Julius.

Tangguh train-3 adalah proyek strategis nasional yang saat sudah onstream akan memberikan tambahan produksi migas nasional yang signifikan. Proyek ini akan menghasilkan minyak sebesar 3.000 bael per hari dan gas sebesar 700 juta kaki kubik pe hari (MMscfd).

Proyek Tangguh juga akan menambahkan dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga pemuatan LNG baru, dan infrastruktur pendukung lainnya.

Produksi gas dari train 3 nantinya sebagian besar atau sekitar 75% akan diserap PT PLN (Persero) untuk bahan baku Pembangkit Tenaga Listrik Gas Uap (PLTGU) Jawa I.

Selain PLN, juga telah dialokasikan sebesar 20 MMscfd untuk kebutuhan listrik wilayah Papua Barat. Sisanya, diserap konsumen yang sudah menandatangani kontrak pembelian, yakni Kansai Electric Power Company dari Jepang.(RI)