JAKARTA – Keterlambatan terus membayangi berbagai proyek nasional, mtermasuk Proyek Strategis Nasional (PSN) di sektor migas akibat adanya pandemi Covid-19. Salah satu PSN di sektor hulu migas yang terancam molor adalah proyek pembangunan Kilang LNG Tanguh Train 3 di Papua yang dikerjakan British Petroleum (BP).

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan SKK Migas sudah meningkatkan fokus pengawasan terhadap proyek Tangguh Train 3. Karena berbagai permasalahan telah dilaporkan BP dan tentu dikhawatirkan akan berdampak terhadap target penyelesaian proyek yang rencananya akan rampung pada 2021.

“Semoga tidak (terlambat), tapi kalau tanda-tanda telat sudah ada,” kata Julius kepada Dunia Energi, belum lama ini.

Julius tidak menyebut secara spesifik bentuk atau tanda keterlambatan dari proyek Tangguh Train 3, namun itu semua bisa dilihat dari beberapa target  progress proyek yang tidak tercapai. “Ya terjadi pelambatan (meskipun pelan-pelan) progress realisasi terhadap rencana,” tukas dia.

Berdasarkan kalkulasi sementata perkiraan kemunduran penyelesaian proyek sekitar 3-6 bulan dari target awal. Proyek yang awalnya ditargetkan selesai kuartal III 2021 itu diperkirakan baru akan rampung pada kuartal IV 2021.

“Makanya semua pihak sekarang bekerja keras untuk mencoba melakukan recovery dan penyesuaian-penyesuaian di tengah segala keterbatasan dan kesulitan ini,” kata Julius.

Tangguh Train 3 merupakan proyek ketiga BP di Blok Berau. Total proyeksi kapasitas produksi train 3 adalah sebesar 700 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak sekitar 3.000 barel per hari (bph). Proyek Tangguh juga akan menambahkan dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga pemuatan LNG baru, dan infrastruktur pendukung lainnya.

Produksi gas dari train 3 nantinya sebagian besar atau sekitar 75% akan diserap PT PLN (Persero) untuk bahan baku Pembangkit Tenaga Listrik Gas Uap (PLTGU) Jawa I.

Selain PLN, juga telah dialokasikan sebesar 20 MMSCFD untuk kebutuhan listrik wilayah Papua Barat. Sisanya, diserap konsumen yang sudah menandatangani kontrak pembelian, yakni Kansai Electric Power Company dari Jepang.

Jika benar molor hingga akhir tahun depan maka sudah kesekian kali proyek train 3 mundur dari jadwal. Semula proyek ini dipatok bisa selesai pada tahun 2020. Namun Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, sebelumnya pernah mengatakan proyek Tangguh mengalami masalah karena adanya keterlambatan konstruksi. “Tangguh Train 3 rencananya pada 2020, tetapi digeser ke 2021 karena ada beberapa permasalahan di Engineering Procurement Construction (EPC),” kata Dwi.(RI)