JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diketahui sebagai salah satu pihak yang paling gencar mencari alokasi gas. Pasalnya saat ini Vale tengah menggarap dua proyek hilirisasi nikel dengan membangun pabrik smelter yang semuanya bakal dioperasikan dengan menggunakan bahan bakar gas.

Berdasarkan sumber Dunia Energi, Vale memang berkomitmen untuk mendapatkan alokasi gas dari dalam negeri hanya saja satu-satunya sumber gas yang saat ini bisa mensuplai yakni dari Tangguh. BP dikabarkan mematok harga yang dinilai Vale masih terlalu tinggi. “Selisih harga dari harga gas impor US$2,6 per MMBTU,” kata sumber tersebut kepada Dunia Energi belum lama ini.

Sementara itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memang sudah menyiapkan gas Tangguh Train 3 untuk memenuhi kebutuhan gas Vale.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menyatakan gas dari Tangguh untuk Vale rencananya bakal dipasok hingga tahun 2030 sementara sisanya nanti akan disuplai dari blok Masela.

“Ini sudah kita bahas kalau Vale sudah kita secure supply-nya, nanti sampai 2030 dari Tangguh sesudah itu dari Masela masuk,” ungkap Dwi kepada Dunia Energi akhir pekan lalu.

Oleh karena itu, pemerintah memang menegaskan proyek Masela tidak boleh mengalami lagi keterlambatan. Juli ini dikabarkan proses akuisisi participating Interest (PI) proyek Masela dari Chevron oleh Pertamina juga bakal rampung.

Menurut Dwi gas dari Tangguh merupakan pilihan terbaik bagi Vale. Dia tidak yakin Vale bisa mendapatkan pasokan gas dari luar negeri dengan harga gas yang lebih murah ketimbang gas Tangguh. “Coba dia (Vale) bisa nggak dapat harga lebih baik dari Tangguh?,” ungkap Dwi.

Vale sudah mulai menggarap proyek tambang nikel di Bahadopi melalui PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (PT BNSI) perusahaan patungan dengan mitranya Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (Taigang) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd.

Untuk pengembangan blok Pomalaa, Vale menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd (Huayou) untuk memproses bijih nikel Vale. Nantinya akan dibangun smelter High-Pressure Acid Leach (HPAL). Pada akhir November lalu Vale dan mitranya baru saja melakukan groundbreaking proyek Blok Pomalaa ditargetkan bisa menghasilkan hingga 120.000 ton nikel per tahun.