JAKARTA – Presiden Joko Widodo masih belum puas dengan realisasi produksi blok Rokan yang saat ini dikelola oleh PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Menurut presiden keputusan pemerintah untuk menjadikan Pertamina sebagai operator blok Rokan harus bisa dijawab dengan performa positif dari sisi kinerja produksi.

Jokowi memang menyambut baik realisasi produksi minyak blok Rokan saat ini yang diklaim Pertamina sukses melebihi realisasi produksi operator terdahulu yakni Chevron. Namun dia mengingatkan agar Pertamina tidak berpuas diri dengan capaian sekarang. Pertamina diminta untuk terus berupaya meningkatkan produksinya.

“Dan itu yang saya tanyakan ke Dirut Pertamina, produksinya naik atau turun? Ternyata naik. Dulu waktu dikelola Chevron turun sekarang sudah mulai naik dari 156-158 ribu barel per hari menjadi 166 ribu barel per hari. Tapi yang kita inginkan adalah sebuah peningkatan yang berlipat,” kata Jokowi dalam kunjungannya di blok Rokan, Kamis (5/1).

Presiden Joko Widodo tiba di lokasi tangki timbun di Kompleks Pertamina di Kota Dumai, Kamis (5/1/2023) dan peninjauan didampingi langsung oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) Wiko Migantoro dan Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee Arizon Suardin di Gedung Control Room.

Menurut Jokowi keputusan alih kelola blok Rokan dulu diambil karena keyakinan akan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. “Sejak awal kenapa Rokan ini kita ambil alih dan tidak diperpanjang, kita ingin meyakinkan bahwa SDM kita ini mampu,” tegas Presiden.

Dalam kunjungannya, presiden meninjau tangkit timbun minyak blok Rokan yang ada di Kota Dumai sebanyak 16 tangki timbun dengan kapasitas penyimpanan sebanyak 5,1 juta barel. Sementara, total tangki timbun yang dimiliki PHR di WK Rokan sebanyak 26 unit dengan total kapasitas penyimpanan sebesar 5,8 juta barel.

Selain itu juga meninjau jaringan pipa transportasi minyak mentah yang ada di lokasi tersebut. Untuk di Dumai, jaringan pipa tersebut sepanjang 337 km. Selain itu, untuk unit operasi Hydrocarbon Transportation (HCT) Crude Oil Terminal Operation Center di Dumai memiliki 4 unit shipping pump, 8 unit electric booster pump, ruang kendali (control room) dan laboratorium serta rumah pompa.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan PHR yang di tahun 2022 berhasil melakukan pengeboran di 413 sumur, akan ditantang untuk memenuhi target pengeboran yang lebih masif lagi di tahun 2023 yaitu sebanyak 600 sumur. Dalam upayanya menghasilkan minyak untuk kebutuhan nasional, PHR mampu meningkatkan produksi ke tingkat 160 ribu barel per hari, sementara kalau tidak melakukan pengeboran sumur baru, produksi bisa jatuh ke titik 105 ribu barel.

Bahkan di awal tahun ini PHR berhasil menemukan ladang sumur minyak baru yang mampu menghasilkan ribuan barel per harinya. Hal ini akan sangat mendukung pencapaian yang diharapkan oleh pemerintah yaitu 1 juta barel di tahun 2030.

Pada tahun kedua alih kelola WK Rokan, operasional PHR yang andal ini memberikan efek ganda (multiplier effect) yaitu dengan membuka banyak lapangan kerja baru dari yang mulanya sebelum alih kelola hanya 22 ribu, kini sudah 37.500 orang dan meningkatkan denyut nadi ekonomi serta meningkatnya investasi di Riau.

Hal ini sejalan dengan penambahan 26 Rig di operasi sumur-sumur baru yang sebelum alih kelola hanya 9 Rig, dan 49 menuju 52 Rig Workover & Well Service (WOWS) yang sebelum alih kelola WK Rokan hanya 25 Rig.

“Pencapaian tahun 2022 akan menjadi penyemangat kita untuk meningkatkan produksi. Sebagai contoh, melalui pengoperasian Rig, jumlah mitra kerja PHR meningkat 20 sampai 25 persen. Dan yang paling utama adalah untuk selalu memprioritaskan keselamatan dan kesehatan,” ujar Nicke.