JAKARTA – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) akan tetap melakukan kajian opsi nuklir sekaligus  mensosialisasikan kelebihan dan risiko pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
“Supaya kalau suatu saat pemerintah memutuskan go nuklir, kami semua siap,” kata Djarot Sulistio, Kepala BATAN, kepada Dunia Energi, Senin (6/11).
Menurut Djarot,  ketika berbicara energi nuklir jangan hanya melihat saat ini, tetapi 10 tahun ke depan. Pemikirannya bukan hanya pada harga listrik, tetapi kemandirian, energy security dan juga pengurangan emisi karbon.
“Apakah demand kita tercukupi atau tidak, apakah kita akan bergantung hanya pada fosil?” kata Djarot.
Menurut Djarot, BATAN saat ini akan tetap fokus pada upaya pengembangan Reaktor Daya Eksperimental (RDE), yang telah digagas sejak 2015. Kini , RDE telah mencapai babak baru dengan diselesaikannya dokumen Basic Engineering Design (BED).
RDE merupakan reaktor riset yang digadang dapat menghasilkan listrik dengan kapasitas 10MWt atau sekitar 3 MWe. RDE nantinya akan dijadikan sebagai percontohan bagi seluruh masyarakat bahwa bangsa Indonesia mampu membangun dan mengoperasikan reaktor dengan aman dan selamat.
Dengan diluncurkannya dokumen Basic Engineering Design semakin mempertegas bahwa bangsa Indonesia mampu menyusun desain RDE sebagai cikal bakal reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Merah Putih di Indonesia.
RDE reaktor nuklir dapat digunakan untuk pembangkit listrik, pembangkit panas dan untuk memproduksi hidrogen. Karena sifatnya yang eksperimental maka pengoperasian reaktor nuklir tersebut lebih banyak untuk tujuan percobaan dalam meningkatkan penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi reaktor untuk ketiga hal tersebut sangat penting mengingat Indonesia masih kekurangan listrik, pupuk dan banyak industri yang membutuhkan energi panas untuk berbagai proses industri.
Produksi hidrogen dari RDE dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pupuk tanaman yang sampai saat ini masih sangat dibutuhkan dalam peningkatan produktivitas pertanian, sedangkan energi panas sisa dari pembangkitan listriknya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan proses industri.
“BATAN akan tetap fokus pada reaktor daya eksperimental yang kami inginkan sebagai demo reaktor yang menghasilkan listrik dan tenaganya juga bisa dipakai untuk industri,” kata Djarot.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan dalam kajian terbaru akan ditindaklanjuti kemungkinan pengembangan PLTN untuk diakselerasi implementasinya. Selama ini pembahasan PLTN  hanya sebatas di lingkup regulasi tanpa mendalami kajian terkait ketersediaan bahan baku, teknologi (termasuk safety), Sumber Daya Manusia (SDM), kesiapan masyarakat, bisnis proses dan komersialisasi.

“Nuklir untuk listrik, lalu ada desakan dari stakeholder untuk melihat menggunakan nuklir itu masukannya macam-macam,” kata Arcandra.

Menurut Arcandra, untuk ketersediaan bahan baku harus dipahami adalah yang tersedia di Indonesia bukan cadangan tapi potensi. Jika reserve adalah sebuah kepastian sementara di Indonesia baru potensi. Serta melihat kemampuan Indonesia mengubah resorces menjadi reserve.(RA)