JAKARTA – Selain meminta pembangunan infrastruktur gas bumi Cirebon – Semarang Tahap II selesai tahun 2025, pemerintah menargatkan pembangunan infrastruktur gas bumi lainnya, seperti pipanisasi Dumai – Sei Mangkei segera dimulai. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tambahan produksi dari Blok Andaman yang menyimpang cadangan besar dan untuk menjamin kebutuhan gas domestik, termasuk untuk jaringan gas kota (jargas).

“Kita juga harus masih membangun infrastruktur  untuk bisa mengakomodasi tambahan pasokan gas-gas dari hasil produksi baru yang bisa dioptimalkan. Jadi proyek transmisi gas Cirebon-Semarang harus diselesaikan di awal tahun 2025. Kemudian kita juga harus memulai program pembangunan transmisi di koneksi antara Dumai dan Sei Mangkei untuk mengantisipasi untuk mengantisipasi tambahan produksi dari blok Andaman,” kata Arifin tasrif di  Kementerian ESDM, Senin (15/1).

Pipa Dumai – Sei Mangkei rencananya nanti akan dibangun menggunakan dana dari APBN dengan panjang ruas pipa mencapai lebih dari 400 km. Jika sudah rampung maka pulau Sumatera sudah tersambung jaringan pipa.

Dengan adanya tambahan produksi gas dari Blok Andaman maka pasokan gas untuk kebutuhan domestik dapat lebih terjamin. Tapi syaratnya adalah harus ada ketersediaan infrastruktur penunjang. Karena jika tidak gas yang diproduksikan tidak akan dinikmati oleh masyarakat.

“Jadi memang pembangunannya akan memakan waktu beberapa tahun dan ini harus disesuaikan untuk bisa menampung tambahan gas yang dari Andaman sehingga kita bisa mengamankan pasokan suplai untuk dalam negeri. Kita bisa mewujudkan ketahanan energi di dalam negeri,” jelas dia.

Arifin menambahkan, pembangunan infrastruktur gas bumi dilanjutkan dengan pipa transmisinya juga untuk memasok kebutuhan masyarakat pada program jaringan gas kota. “Kita mengupayakan dibangunya transmisi untuk interkoneksi antarpulau agar kota-kota besar paling tidak yang terlintas maupun kota kecil bisa terlintasi oleh sambungan pipanya.  Sambungan pipa tersebut nanti akan disambung lagi untuk membangun jaringan gas ke seluruh kota-kota dari tempat hub-hub yang sudah akan dilalui oleh jaringan tersebut,” ungkap Arifin.

Jaringan gas ini sangat diperlukan karena di banyak negara memanfaatkan gas alam untuk sumber kebutuhan energi rumah tangga termasuk juga untuk kebutuhan hotel dan tempat rekreasi. “Kita harus mengoptimalkan itu. Kenapa harus kita lakukan? Karena kita harus menghemat devisa karena impor elpiji kita sudah kurang lebih 5-6 juta ton per tahun,” ujar Arifin.

Pembangunan jaringan gas kota merupakan upaya pemerintah selain untuk menghemat devisa, juga mempermudah masyarakat untuk bisa mendapatkan energi di rumah. “Tidak lagi harus gotong-gotong  elpiji melon 3 Kg, cukup buka keran, ngelak lah tapuannya itu. Inilah yang memang harus kita upayakan,” kata Arifin. (RI)