JAKARTA– PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), anak usaha PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), berencana meningkatkan ekspor bijih nikel seiring dengan peningkatan pengajuan kuota ekspor ke pemerintah. Arie Prabowo Ariotedjo, Direktur Utama Aneka Tambang (Antam), mengatakan Antam menargetkan bisa mendapatkan kuota ekspor bijih nikel kadar rendah hingga limajuta ton per tahun.

Menurut Arie, meningkatnya kuota ekspor ini sejalan dengan adanya pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) di Tanjung Buli, Maluku Utara. Saat ini Antam baru mengantongi izin ekspor melalui Surat Persetujuan Ekspor (SPE) sebesar 3,9 juta ton yang didapatkan berdasarkan pembangunan smelter Antam di Pomalaa dan Halmahera Timur dengan kuota masing-masing 2,7 juta ton dan 1,2 juta ton.

Arie menuturkan saat ini pengajuan penambahan kuota ekspor sudah diserahkan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk bisa segera dievaluasi. “Kami ingin mengajukan SPE baru untuk proyek kita di Tanjung Buli, tapi itu masih dalam proses pengajuan. Kalau keluar, total bisa 5 juta ton,” ujarnya.

Arie Prabowo Ariotedjo, Direktur Utama Antam. (foto: dudi rahman/Dunia-Energi)

 

Antam tahun ini menargetkan produksi nikel bisa mencapai 30.000 ton nikel dan feronikel (TNi) atau naik 20,64% dari realisasi tahun lalu sebanyak 24.868 TNi. Tambahan produksi tersebut akan berasal dari smelter di Halmahera Timur dengan kapasitas 13.500 TNi yang akan mulai beroperasi pertengahan tahun ini.

Kementerian ESDM memiliki kewenangan memberikan kuota ekspor untuk bijih nikel kadar rendah berdasarkan kapasitas masukan (input) bijih pada smelter yang telah atau sedang dibangun. Namun realisasinya sangat jarang kuota ekspor yang telah diberikan bisa dipenuhi oleh badan usaha.

Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, mengatakan sepanjang periode 2017-2018, dari kuota ekspor sebanyak 48 juta ton untuk nikel, realisasi baru mencapai 22 juta ton atau 48,83%.

“Kuota yang diberikan disesuaikan dengan kapasitas smelter yang mereka bangun. Terserah mereka mau manfaatkan semua atau tidak,” ujar Bambang. (RI)