JAKARTA – Dua perusahaan raksasa migas asal Uni Emirat Arab (UEA), yakni Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) dan Mubadala menjadi kandidat kuat calon mitra usaha PT Pertamina (Persero) dalam mengerjakan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan.

Tajudin Noor, Sekretaris Perusahaan Pertamina, mengatakan Adnoc dan Mubadala menjadi calon equity partner atau mitra yang akan fokus mendukung dalam porsi pendanaan.

“Iya (Adnoc dan Mubadala) untuk kilang Balikpapan,” kata Tajudin kepada Dunia Energi, Senin (2/12).

Saat ini proses seleksi masih berlangsung hanya saja sudah memasuki tahap akhir. Pertamina menargetkan akan menetapkan mitra usaha pada tahun ini. “Kami lagi usahakan tahun ini sudah bisa sepakat dengan calon mitra kita,” ujarnya.

Untuk Adnoc sebenarnya peluang menjadi mitra di Balikpapan sebagai bagian dari penjajakan kerja sama antar dua pihak yang sempat ditandatangani pada Juli lalu di Istana Bogor. Saat itu penandatangan Comprehensive Strategic Framework (CSF) dilakukan oleh Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina dengan Sultan Ahmed Al Jaber, Menteri Negara UEA, CEO Adnoc Group.

Proyek RDMP Balikpapan sampai saat ini menjadi salah satu proyek kilang yang paling terlihat perkembangannya. Proyek dibagi menjadi dua tahap pengerjaan dimana saat ini Pertamina masih mengerjakan proyek secara mandiri.

Pengembangan Kilang Balikpapan dibagi menjadi dua tahap. Ketika seluruh tahapan selesai kapasitas kilang akan meningkat menjadi 360 ribu barel per hari (bph) dari sebelumnya hanya 260 ribu bph.

Pertamina sudah melakukan penilaian akhir terhadap sembilan perusahaan yang menjadi calon mitra dalam proyek RDMP Balikpapan serta sudah menunjuk konsultan independen dalam proses pemilihan mitra yang sebelumnya sempat direncanakan bisa ditetapkan pada Oktober 2019. Selain dua perusahaan asal UEA, ada beberapa perusahaan lain yang sempat disebut seperti Rosneft asal Rusia yang sudah menjadi mitra di kilang Tuban, kemudian ada juga calon mitra asal Korea Selatan.

Mitra nantinya bukan mendanai keseluruhan proyek, namun hanya dengan membiayai produksi dan pengolahan minyak di kilang. Artinya pada mekanisme Kilang Balikpapan tidak menggunakan mekanisme spin off.(RI)