JAKARTA – PT Pertamina (Persero) tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertalite. Harga Pertalite masih tetap dipertahankan sebesar Rp7.600 per liter, meski untuk jenis BBM nonsubsidi lainnya telah disesuaikan mengikuti kenaikan harga minyak dunia.

“Iya pasti (kenaikan harga Pertalite). Kami lagi menunggu survey pasar,” ujar Muchamad Iskandar, Direktur Pemasaran Retail Pertamina di Jakarta, Selasa malam (27/2).

Iskandar menuturkan pada awal tahun Pertamina belum menaikkan harga Pertalite. Namun penyesuaian harga tidak tertutup kemungkinan dilakukan jika harga minyak dunia terus naik. Apalagi berbagai upaya untuk mencegah kenaikan harga BBM nonsubsidi melalui efisiensi sudah dilakukan.

“Kami belum evaluasi karena masih awal tahun. Kalau dari rata-rata ketinggalan jauh, belum diubah dari asumsi US$37-US$39 per barel sekarang sudah jauh lebih tinggi. Kalau efisiensi sudah kekencengan,” ungkap dia .

Saat ini harga Pertalite tetap ditahan hingga tidak berselisih jauh dengan harga BBM penugasan jenis Premium yang dibanderol Rp6.550 per liter.

Pertamina baru saja menaikkan harga beberapa jenis BBM nonsubsidi mengikuti langkah badan usaha penyalur BBM swasta. Pertamax naik Rp 300 dari Rp8.600 menjadi Rp8.900. Pertamax Turbo naik Rp 500, dari harga semula Rp9.600 menjadi Rp 10.000 per liter.

Decline dari sebelumnya dibanderol Rp7.500 disesuaikan menjadi Rp8.100. Pertamina Dex naik Rp 750, dari semula Rp9.250 menjadi Rp 10.000 per liter.

Iskandar menuturkan dalam beberapa tahun terakhir sebenarnya Pertalite dan BBM nonsubsidi lainnya sudah berhasil merebut pasar Premium, karena disparitas harganya tidak terlalu jauh dengan rata-rata serapan per tahun sudah bisa mencapai 17 juta kiloliter (KL).

“Pertalite sudah mengalahkan Premium. Tahun lalu, 12 juta-13 jutaan KL. Premium sekitar 14 juta. Tahun ini Pertalite naik 1,5 juta KL targetnya,” ungkap dia.

Selain disparitas harga, kehadiran pesaing baru di BBM dengan RON (research octane number) 90 juga turut memberikan dampak kepada penjualan Pertalite.

Menurut Iskandar, dengan adanya kompetitor baru maka pasar akan kembali terpecah.

“Pasti berefek, pasar dibagi pasti market share akan turun. Berapanya ini belum tahu,” katanya.

PT Total Oil Indonesia dan Shell pada awal tahun ini menyusul PT Vivo Energy Indonesia meluncurkan produk BBM RON 90. Namun harga jual dari ketiga badan penyalur tersebut diatas harga Pertalite.(RI)