JAKARTA – Empat perusahaan Tiongkok berminat untuk menanamkan modal di Indonesia melalui pengolahan dari batu bara menjadi methanol dengan investasi sebesar US$1,5 miliar; fasilitas pengolahan sampah menjadi energi sebesar US$150 juta ; serta dua perusahaan produksi panel solar dengan nilai investasi masing-masing US$150 juta dan US$360 juta. Rencana investasi di sektor energi baru terbarukan senilai US$2,16 miliar (sekitar Rp29,1 triliun, kurs Rp13.500 per dolar AS) disampaikan dalam kunjungan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ke negeri tirai bambu itu sejak 14 Januari lalu.

Franky Sibarani, Kepala BKPM, mengatakan empat perusahaan Tiongkok tersebut sudah melakukan komunikasi dengan mitra lokal di Indonesia. “Kami akan mendorong minat investasi tersebut agar segera direalisasikan,” kata dia.

Menurut Franky, pihaknya melalui tim Marketing Officer Tiongkok akan melakukan komunikasi intensif dengan investor terkait untuk mendorong investor agar memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam.”Dari nilai minat investasi yang disampaikan, mereka dapat memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam sehingga dapat segera mulai melakukan proses konstruksi,” jelasnya.

Para investor itu juga telah merencanakan proyek bersama dengan nilai rencana investasi sebesar US$1,5 miliar yang akan memproduksi 1,1 juta ton methanol per tahun.Produk methanol yang dihasilkan juga akan dibeli oleh PT Pertamina (sebagai off-taker) dan rencananya fase konstruksi tahap pertama dimulai pada kuartal ketiga 2016.

Investor yang berminat untuk membangun produksi panel solar juga berencana untuk membangun proyek percontohan terlebih dahulu sebelum kemudian membangun fasilitas untuk produksi komersial.Perusahaan berencana membangun komponen solar panel yaitu Silicon Wafers danPolycrystalline Silicon, teknologi pembuatan komponen tersebut tidak banyak dimiliki oleh perusahaan di Tiongkok.(AT)