JAKARTA – Pemanfaatan potensi energi surya atau matahari menjadi pilihan bagi pemerintah dalam penyediaan tenaga listrik bagi wilayah terdepan dan terluar yang belum terjangkau jaringan listrik PT PLN (Persero), termasuk penyediaan tenaga listrik bagi Pos Jaga Pengaman Perbatasan (Pamtas) TNI yang ada di perbatasan negeri.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, mengatakan  melalui pendanaan APBN 2019 telah menyelesaikan pembangunan 22 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat untuk pos jaga TNI dan telah beroperasi sejak awal 2020.

“Selanjutnya, untuk 2021, Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE kembali menganggarkan pembangunan PLTS Terpusat di 17 titik pos jaga TNI dengan kapasitas masing-masing 10 kWp,” kata Agung, Selasa (24/11).

Menurut Agung, saat ini tim teknis Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM tengah melakukan survei lokasi ke titik-titik Pos Pamtas di Provinsi NTT, Papua, Papua Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. “Dengan prioritas pos-pos yang belum berlistrik sebelumnya,” kata dia.

Dengan kapasitas yang lebih besar, kehadiran PLTS ini nantinya selain dimanfaatkan untuk penyediaan energi listrik bagi Pos Pamtas TNI, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi warga setempat yang belum menikmati aliran listrik.

“Banyak warga di wilayah perbatasan hanya dapat mengakses penerangan listrik yang bersumber dari tenaga diesel. Itu pun mesti menggunakan bahan bakar yang biayanya tidak murah dan kadang sulit didapat,” ungkap Agung.

Pembangunan PLTS di Pos TNI Satgas Pamtas RI-Papua Nugini ini merupakan tindak lanjut Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kementerian ESDM dengan TNI pada tanggal 26 November 2018 tentang Pembangunan PLTS di Markas Besar TNI dan di Pos Satgas TNI.

Untuk 2021, kapasitas PLTS yang dibangun ditingkatkan menjadi sebesar 10 kWp untuk masing-masing pos. “Diharapkan dengan kapasitas yang lebih besar nantinya pemanfaatan PLTS oleh warga sekitar juga lebih optimal, misalnya untuk penerangan desa dan membantu meningkatkan produktivitas warga,” kata Agung.

Yusup Saori (78), salah satu ketua adat (Ondoafi) Kampung Yabanda, Distrik Yaffi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua menceritakan manfaat listrik dari PLTS di pos TNI bagi warga. Yusup dan warga Kampung Yabanda kini turut menikmati hadirnya listrik yang menyala 24 jam di Pos jaga tersebut.

“Sekarang bisa nonton TV toh disini, tidak khawatir habis bensin. Kalau di kampung ada yang terang listriknya pakai genset, beberapa saja,” kata Yusup.

Untuk memenuhi kebutuhan penerangan, warga Yabanda membeli bensin yang seliternya Rp 15 ribu dan harus ke Arso Kota yang berjarak hingga 1 jam perjalanan.

Saat ini listrik di Pos Yabanda telah menyala 24 jam sejak beroperasinya PLTS Terpusat berkapasitas 5 kiloWatt peak (kWp). Listrik tersebut digunakan untuk penerangan di malam hari, menyalakan perangkat elektronik di pos, mengecas HP, dan menyalakan beberapa perangkat hiburan lain.

Selain di Yabanda, warga Kalilapar Distrik Waris juga merasakan manfaat lebih sejak hadirnya PLTS 5 kWp di Pos Pamtas Kalilapar. Paulus (26) menyempatkan singgah ke Pos untuk rehat dari aktivitas ladangnya yang berjarak 1 km dari Pos. “Tak hanya bisa nonton TV, disini bisa karaoke juga bersama Bapak TNI,” ungkapnya sembari tertawa.

Pos Yabanda dan Pos Kalilapar adalah 2 dari 9 Pos Pamtas TNI di Papua yang telah teraliri listrik menggunakan PLTS Terpusat.(RI)