JAKARTA – Anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor pengembangan panas bumi, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengalokasikan belanja modal 2020 sebesar US$110 juta. Ali Mundakir, Direktur Utama PGE, mengatakan dana sebesar itu akan digunakan untuk melakukan beberapa aktivitas pengeboran sumur di beberapa Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP).

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai dan Hulu Lais menjadi fokus investasi PGE untuk tahun depan. Selain itu, WKP Seulawah juga akan mulai dikembangkan dengan melakukan kegiatan pengeboran yang rencananya dilakukan pada akhir 2020.

“Kami siapkan (investasi tahun depan) US$ 110 juta. Kami akan melanjutkan Lumut Balai 2 dan Hulu Lais Unit 1 dan 2. Kami juga mulai eksplorasi di Seulawah,” kata Ali di Jakarta, Kamis (12/12).

Untuk Proyek Hulu Lais 1 dan 2, PGE hanya mengerjakan pengembangan sumur panas buminya. Pembangunan pembangkit listrik akan dikerjakan oleh PT PLN (Persero), setelah PGE merampungkan pengeboran sumur injeksi proyek ini dan akan mulai menggarap desain rinci (front end engineering design/FEED).

“Pada 2021 ada Hulu Lais, onstream. Itu unit 1 dan 2 selisihnya enam bulan. Sebagian besar sudah siap, sekarang lagi bor tahap sumur injeksi,” kata Ali.

Untuk Lumut Balai 2 adalah kelanjutan pengembangan dari Lumut Balai 1 yang sudah beroperasi pada tahun ini. PLTP Lumut Balai total memiliki kapasitas 2×55 Megawatt. PGE kata Ali mendapatkan bantuan pendanaan untuk Lumut Balai 2 dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Total pinjaman mencapai US$ 220 juta untuk Lumut Balai 1 dan 2.

“Tahun depan launching Lumut Balai 2, operasinya dua tahun setelah itu, sekitar 2022. Semua sumur sudah siap, jadi tinggal konstruksi jaringan pipa dan pembangkit,” ujar Ali.

Untuk WKP Seulawah pengembangannya akan mengandalkan pinjaman eksternal. Ada beberapa lembaga pendanaan yang sedang dijajaki untuk membantu proyek panas bumi Seulawah seperti Agence Française de Développement (AFD), Bank Pembangunan Islami (IDB). “Dananya kita sedang upayakan soft loan apakah world bank, IDB atau AFD melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) ini sedang kita formulasikan. Mana yang berikan penawaran terbaik,” kata Ali.

Menurut Ali untuk melakukan pengeboran satu sumur eksplorasi bisa menghabiskan biaya hingga US$ 7 juta, sementara dalam kegiatan eksplorasi paling tidak dibutuhkan tiga sumur yang dibor. Belum lagi setelah itu harus dibangun juga fasilitas produksi. “Paling tidak pengalaman kami eksplorasi itu 3 sumur dananya US$ 40 juta. Karena satu sumur US$ 7 juta kita tidak bor langsung jadi satu sumur terus kita evaluasi, itu tahapannya, tapi ketika ketemu prospek modelling pengembangan modelling,” jelas Ali.

Saat ini, kapasitas terpasang panas bumi Pertamina disebutnya sebesar 672 MW. Rincinya, PLTP Kamojang 235 MW, PLTP Ulubelu 220 MW, PLTP Lahendong 120 MW, PLTP Karaha 30 MW. PLTP Sibayak 12 MW, dan PLTP Lumut Balai 55 MW.(RI)