JAKARTA – Penurunan volume penjualan emas sebesar 20,86 persen berimbas pada turunnya pendapatan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan. Pendapatan Aneka Tambang atau Antam pada 2016 tercatat turun 13,2 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp9,11 triliun.

Berdasarkan data yang dirilis perseroan, Selasa (31/1), volume penjualan emas Antam turun dari 455.865 ounce pada 2015 menjadi 360.746 ounce pada tahun lalu. Seiring penurunan volume penjualan, pendapatan Antam dari emas ikut turun 24,2 persen dari Rp7,31 triliun menjadi Rp 5,54 triliun. “Emas merupakan kontributor terbesar pendapatan Antam pada 2016 dengan persentase sebesar 61 persen,” ujar Trenggono Sutioso, Sekretaris Perusahaan Antam.

Emas yang dijual Antam berasal dari produksi tambang Pongkor dan Cibaliung yang dikelola perseroan sebesar 77.884 ounce. Serta dari pembelian dari pihak ketiga.

Antam dalam laporannya menyebutkan berupaya untuk mengoptimalkan penjualan emas seiring dengan tren kenaikan harga komoditas dengan melakukan inovasi pada produk emas Logam Mulia. Selain di pasar lokal, perseroan juga berupaya mengembangkan pasar ekspor emas dengan melakukan penjajakan ke beberapa pasar di Asia dan Afrika.

Sepanjang tahun lalu Antam juga menjual feronikel 20.888 ton nikel dalam feronikel (TNi), naik dibanding 2015 sebesar 18.643 TNi. Kenaikan volume penjualan ditopang tuntasnya Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP) serta selesainya perbaikan trafo pada pabrik FeNi II yang telah kembali beroperasi pada Mei 2016. Kenaikan volume penjualan mendorong tambahan pendapatan sebesar Rp2,79 triliun dari feronikel atau 31 persen dari total pendapatan Antam 2016.

Antam juga mencatat pendapatan dari penjualan bijih nikel sebesar 736.886 wet metrik ton untuk kebutuhan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) domestik pihak. Dari penjualan bijih nikel Antam membukukan pendapatan Rp295 miliar.

Untuk komoditas lainnya, bauksit, Antam mencatat volume penjualan 290.581 wet metrik ton, naik 59 persen dibanding 2015. Seluruh penjualan bauksit ditujukan untuk pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan yang dioperasikan PT Indonesia Chemical Alumina, perusahaan joint venture perseroan dengan Showa Denko KK, Jepang. Indonesia Chemical Alumina tercatat memproduksi 104.495 ton CGA sepanjang tahun lalu, naik 51 persen dibanding 2015 sebesar 69.869 ton.

Untuk komoditas batubara, Antam melalui anak usahanya, PT Indonesia Coal Resources menjual 207.350 ton batubara dan menghasilkan pendapatan Rp129,39 miliar pada 2016.(AT)