JAKARTA – Permasalahan yang kompleks dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mengharuskan operator memiliki fleksibilitas yang cukup untuk memastikan kinerja yang optimal, sekaligus mematuhi peraturan terkait pembatasan emisi.
Permasalahan yang kerap dihadapi dalam operasional PLTU,  di antaranya tipe bahan bakar batu bara yang beragam, kebutuhan yang terus berfluktuasi, fasilitas pembangkit yang semakin tua, serta kebutuhan perangkat yang lebih banyak ketimbang pembangkit tenaga listrik jenis lain,
Sebastien Desvignes, Digital Leader for GE Steam Power Systems, mengatakan tujuan bisnis perusahaan operator dimungkinkan bisa berubah dengan seiring berjalannya waktu. Semisal, mungkin saja perusahaan operator harus menjaga tingkat konsumsi bahan bakar serendah mungkin, melindungi daya tahan komponen-komponen penting atau memenuhi permintaan daya listrik tambahan secepat mungkin.
“GE (General Electric) saat ini bekerja sama dengan sejumlah perusahaan operator untuk menyiapkan solusi digital yang bisa menyederhanakan serta membuat otomatis sistem analisa pembuatan keputusan pada fasilitas pembangkit tenaga listrik,” ungkap Desvignes kepada Dunia Energi,  belum lama ini
Menurut Desvignes, GE menyatukan mesin, data, dan manusia untuk mewujudkan sistem konektivitas real-time dan memberikan masukan.
Hal ini membantu untuk memberikan keandalan aset yang lebih baik, biaya operasi yang lebih rendah, mengurangi resiko operasi serta memastikan tingkat emisi yang lebih rendah.
Dengan demikian, kata Desvignes, perusahaan operator bisa memastikan optimalisasi kinerja, sistem ketersediaan aset, sekaligus mengurangi biaya operasional perangkat. Teknologi ini diklaim dapat membantu perusahaan operator meningkatkan efisiensi.
Dia menambahkan, revolusi manajemen pembangkit listrik tenaga uap melalui digitalisasi sistem akan membuat lebih produktif, responsif, dapat diandalkan serta memiliki dampak negatif lingkungan serendah mungkin.
GE diketahui memiliki rangkaian pembangkit listrik digital, pembangkit listrik tenaga batu bara modern yang memiliki sekitar 10.000 sensor untuk memonitor operasi pembangkit secara holistik serta menganalisa data, mulai dari suhu uap dan tekanan terhadap getaran peralatan, sehingga hal ini bukan hanya mengenai penambahan data baru, namun juga menyimpannya dan menggunakannya untuk manfaat yang lebih baik.
Applikasi Continous Emission Monitoring (CEMS) yang menggunakannya tenaga Predix, sebuah platform cloud terbaru milik GE yang berfungsi untuk menelusuri dan menganalisa secara seksama data tingkat emisi polutan lokal di seluruh pembangkit listrik di suatu negara.
Penawaran ini juga membantu operator untuk mengambil keputusan yang lebih tepat terkait cara mengoperasikan pembangkit listrik lebih optimal, mencapai performa dan efisiensi yang lebih baik, peningkatan tingkat keandalan, serta dalam waktu yang bersamaan mengurangi biaya operasi dan dampak negatif lingkungan.
“Rangkaian solusi digital tersebut mengharuskan memiliki potensi untuk mengurangi emisi CO2 sebesar 3% dan mengurangi konsumsi bahan bakar batu bara sebesar 105.000 ton per tahun dengan keluaran yang sama, yaitu 1.000 MWs,” tandas Desvignes.(RA)