JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), perusahaan tambang batu bara, terus mencari dan mengkaji tambang yang pontensial untuk diakuisisi. Saat ini, anak usaha Banpu Plc, perusahaan tambang asal Thailand itu memiliki lima tambang batu bara yang dioperasikan anak usahanya.

Yulius Kurniawan Gozali, Direktur Indo Tambangraya, mengungkapkan nilai investasi untuk akuisisi tambang tergantung nilai perusahaan atau tambang yang akan menjadi sasaran ekspansi.

“Kami akan mengumumkan kepada khalayak begitu menemukan tambang yang tepat,” ungkap Yulius kepada Dunia Energi, baru-baru ini.

Menurut Yulius, perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure) tahun ini sebesar US$ 60,3 juta. Belanja modal tahun ini dianggarkan untuk infrastruktur, peralatan, dan perlengkapan mesin. “Sampai akhir kuartal pertama, capex yang terserap sekitar 9%.,” tukas Yulius.

Saat ini produksi batu bara Indo Tambangraya berasal dari PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal Mining, PT Jorong Barutama Greston, PT Kitadin-Embalut, dan PT Bharinto Ekatama. Indominco, Trubaindo, Bharinto dan Jorong Barutama merupakan Perusahaan Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B). Sedangkan Kitadin merupakan perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP).

Luas wilayah konsesi Indominco Mandiri mencapai 24.121 hektar, Trubaindo Coal Mining 22.687 hektar, Bharinto Ekatama 22.000 hektar, Kitadin 2.338 hektar, Jorong Barutama Grestons 4.883 hektar.

Indo Tambangraya menargetkan volume produksi batu bara sepanjang tahun ini sebesar 25,5 juta ton dan volume penjualan 27 juta ton. Sebesar 61% dari volume produksi sudah memiliki kontrak penjualan.

Sepanjang 2016, perseroan memproduksi 25,6 juta ton batu bara dengan total volume penjualan sebesar 26,7 juta ton. Sebanyak 6,7 juta ton dikapalkan ke China, Jepang 5,2 juta ton, Indonesia 3,7 juta ton, India 2,8 juta ton, Filipina 2,3 juta ton, Korea Selatan 1,5 juta ton, Thailand 2,2 juta ton, Italia 0,5 juta ton, Taiwan 0,9 juta ton, Malaysia 0,3 juta ton, pembeli lain 0,5 juta ton.(RA)