JAKARTA– Harga minyak mentah dunia memperpanjang kerugian pada Rabu waktu setempat atau Kamis WIB (30/11) dipicu sikap pedagang mencerna data stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang baru dirilis. Selain itu, rumor soal perbedaan kabar yang mengacaukan persepsi atas apa yang mungkin muncul dari pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Wina, Austria, hari ini waktu setempat, ikut memengaruhi harga minyak.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari pada akhir perdagangan Rabu (29/11) ditutup turun US$69 sen di US$57,30 per barel di New York Mercantile Exchange, level terendah sejak 21 November 2017. Sementara itu, harga minyak Brent pengiriman Januari 2018 berakhir turun US$50 sen di level US$63,11 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Kabar yang dilansir Xinhua, Kamis (30/11) menyebutkan, persediaan minyak mentah AS turun sebesar 3,4 juta barel pekan lalu menjadi 453,7 juta, melebihi ekspektasi pasar, kata Administrasi Informasi Energi (EIA) dalam laporan mingguannya. Namun, stok bensin dan distilat naik lebih dari yang diantisipasi pekan lalu, menurut AMDAL.

Sementara itu, ketidakpastian tentang perpanjangan pengurangan produksi OPEC juga membebani pasar karena anggota memperdebatkan jalan untuk perpanjangan kesepakatan pemotongan pasokan kelompok. OPEC dan produsen minyak utama lainnya akan bertemu hari ini membahas perpanjangan batas harga saat ini terhadap produksi minyak mentah. Sejauh ini, berbagai macam upaya terus dilakukan agar harga minyak dunia bisa kembali di level yang tinggi.

Meskipun ada informasi bahwa kelompok tersebut mencapai konsensus, rincian mengenai waktu atau pelaksanaan perpanjangan upaya pembatasan pasokan belum diungkapkan.

Joseph Bozoyan, Manajer Portofolio Manulife Asset Management LLC di Boston, AS, menyatakan pasar mengharapkan OPEC memperpanjang langkah pemangkasan mereka hingga sembilan bulan. Kesepakatan ini belum tuntas. “Jika pemangkasan tidak diperpanjang, Anda mungkin akan melihat penurunan harga minyak,” kata Bozoyan seperti dikutip Bloomberg.

Di sisi lain, data Produk Domestik Bruto (PDB) yang direvisi juga menunjukkan bahwa ekonomi AS pada periode Juli sampai September 2017 tumbuh paling cepat dalam tiga tahun, meskipun terjadi gangguan yang disebabkan oleh angin topan Harvey dan Irma di sepanjang Pantai Teluk pada akhir Agustus dan September.

Pada saat yang sama, investor juga menganalisa data dari Energy Information Administration (EIA) yang menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan pada stok minyak mentah AS, bahkan ketika pasokan bahan bakar utama yang dihasilkan oleh penyuling minyak mencatat kenaikan yang sangat besar.

Bozoyan mengatakan penurunan stok minyak mentah AS bernilai positifm namun persediaan bensin dan sulingan benar-benar meningkat pada tingkat yang cukup signifikan.
Jumlah persediaan minyak mentah AS turun 3,43 juta barel pekan lalu, lebih besar dari perkiraan analis untuk penurunan sebesar 2,95 juta barel per barel, sedangkan pasokan di pusat jaringan Cushing, Oklahoma, turun 2,91 juta barel, terbesar sejak September 2009. (DR)