JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menegaskan pada 2023 tidak akan lagi melakukan impor bahan bakar minyak (BBM). Hal tersebut didapatkan dari aktivitas upgrading kilang perseroan yang akan mencapai kapasitas dua juta barel per hari (bph).

Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, menyatakan dalam data Pertamina saat ini rata-rata kebutuhan BBM sebesar 1,6 juta bph, sementara kapasitas produksi hanya sekitar 800 ribu bph. Untuk itu dalam roadmap kilang Pertamina, seiring tuntasnya kilang Bontang kapasitas produksi sudah 1,8 juta bph.

“Itu sudah melebihi kebutuhan saat ini. Nanti kita kalau masih butuh sampai dua juta bph, kita akan lakukan pengembangan Dumai,” kata Wianda saat menggelar media briefing di Jakarta, Senin (13/2).

Untuk upgrading kilang saat ini sedang dalam proses adalah pengembangan kilang Cilacap yang bermitra dengan Saudi Aramco ditargetkan rampung pada 2021. “Kuartal 3 tahun ini ditargetkan bisa groundbreaking,” tukasnya.

Untuk pengembangan kilang Balikpapan yang dilakukan Pertamina secara mandiri dan kilang Balongan yang bersiap untuk melakukan pemilihan mitra juga ditargetkan rampung pada 2020.

Selain proyek revitalisasi (refinery development master plan/RDMP), Pertamina dan Rosneft, Rusia mengembangkan kilang (gross root refinery/GRR) Tuban. Saat ini proses pembangunan tengah menunggu selesainya rekomendasi Analisis Dampak lingkungan (Amdal) dan ditargetkan bisa memulai groundbreaking pada kuartal empat tahun ini.
Menurut Wianda, untuk kilang baru lainnya, yakni kilang Bontang, Pertamina akan segera melakukan seleksi partner. Langkah tersebut diambil setelah pemerintah merubah skema pembangunan kilang dari KPBU menjadi penugasan kepada Pertamina. Pembangunan kilang Bontang diyakini akan lebih cepat karena beberapa fasilitas sudah tersedia.

“Kilang Bontang dilakukan feasibility study nanti bersama dengan partner. Di Bontang kita mapping 460 hektar lahan. Kita akan sewa seperti di Arun, jadi ada kerja sama dengan negara. Kita juga sudah ada fasilitas,” katanya.

Optimistis Pertamina untuk tidak harus melakukan impor juga berdasarkan pertumbuhan berbagai inovasi dalam Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dilakukan. Pertamina tidak hanya fokus dalam pengembangan EBT untuk tenaga listrik akan tetapi juga bahan bakar. Apalagi potensi pertumbuhan moda transportasi berbahan bakar EBT ke depannya juga besar sesuai dengan target yang dicanangkan pemerintah.

“Pertamina juga ada EBT tidak hanya fokus ke power tapi juga transportasi ada biogas, biomassa karena itu kita cukup yakin dan optimistis bisa tidak impor,” tukas Wianda.

Selain menargetkan tidak melakukan impor sebagai upaya mencapai ketahanan energi Pertamina juga menargetkan bisa mengembangkan bisnisnya di dunia internasional saat berbagai proyek upgrading selesai. “Produksi kilang nantinya bisa kita ekspor sebagai bagian dari international player,” tandas Wianda.(RI)