JAKARTA – PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, mulai menyalurkan gas dari Central Processing Plant (CPP) Donggi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah sebanyak 50 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) sejak awal Mei 2016. Satu CPP lainnya, yaitu CPP Matindok dengan kapasitas 55 MMSCFD, baru akan beroperasi (on streaming) kuartal IV 2016.

Dari total 105 MMSCD gas dari Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) saat full scale operation, sebanyak 85 MMSCFD dialokasikan untuk PT Donggi Senoro LNG yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Pertamina. Sebanyak 50 MMSCFD gas dipasok dari CPP Donggi dan 35 MMSCFD dari CPP Matindok.Sisa 20 MMSCFD gas dari Matindok  akan dipasok ke pembangkit listrik PT PLN (Persero).

Rony Gunawan, Presiden Direktur Pertamina EP, mengatakan PPGM memiliki dua CPP, yaitu CPP Donggi dan CPP Matindok dengan total kapasitas 105 MMCSCFD dan menyerap investasi US$ 800 juta atau sekitar Rp 10,64 triliun.

“Kami akan menginformasikan soal PPGM ini kepada publik pada acara konferensi dan konvensi IPA yang akan diselenggarakan di Jakarta Convention Center, Rabu sampai Jumat (25-28/5) pekan depan,” ujar Rony dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (22/5).

Menurut Rony, CPP Donggi  merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia dan nantinya berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagainegara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM diyakini akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dankemungkinan sebagian untuk substitusi bahan bakar minyak dalam negeri.

“PPGM memiliki fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang di bor sejak 2001. Ini menunjukkan bahwa betapa lamanya proses untuk dapatmemproduksikan energi, mulai dari tahapan eksplorasi hingga produksi,” katanya.

Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina (Persero), mengatakan Pertamina EP terbukti agresif untuk menyelesaikan proyek–proyek pengembangan, salah satunya adalah PPGM. Pertamina EP berhasil menuntaskan pembangunan CPP Donggi dan mulai beroperasi secara penuh dan untuk CPP Matindok diharapkan segera menyusul selesai sehingga PPGM bisa full scale production sehingga Pertamina mendapatkan tambahan produksi migas dan dapat digunakan untuk meme-nuhi kebutuhan energi Indonesia.

“Saya berharap proyek–proyek di sektor hulu lainnya juga diselesaikan secara on time dan on Budget karenasemakin cepat proyek itu selesai maka semakin cepat memberikan pendapatan bagi perusahaan dan tentunya bagi negara,” katanya.

Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan saat ini kondisi migas dunia cenderung fluktuasi dan belum menunjukkan peningkatan hargajual minyak mentah secara signifikan. Kondisi ini merupakan saat tepat untukberinvestasi dengan membangun proyek-proyek strategis migas seperti yangdilakukan oleh Pertamina EP di Sulawesi Tengah dengan PPGM, dimana satu dari dua CPP yang direncanakan sudah selesai dibangun, yaitu CPP Donggi dan saat ini sudah dapat mengalirkan produksi gas.

“Melalui keberadaan proyek-proyek tersebut, ketahanan energi Indonesia relatif dapat terjaga untuk beberapa periode karena temuan–temuan cadangan hasil kegiatan eksplorasi sudah mulai di monetisasisehingga dapat menggerakkan roda perekonomian baik di daerah penghasil maupunroda ekonomi secara nasional,” katanya.

Menurut Amien, PPGM di Kabupaten Banggai merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia dan akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Selain itu, keberadaan proyek menyerap banyak tenaga kerja dan mampu mendatangkan investor yang berminat untuk menanamkan modal ke industri hulu migas. (AT)