JAKARTA – Presiden Joko Widodo menginstruksikan PT Pertamina (Persero) untuk tetap menyelesaikan megaproyek pembangunan dua kilang baru serta revitalisasi empat kilang sesuai dengan jadwal semula dan tidak ada kemunduran jadwal.

“Yang saya tangkap beberapa kali pertemuan dengan Pak Presiden maunya kilang tetap sesuai dengan jadwal,” kata Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut Arcandra yang juga wakil komisaris utama Pertamina, Presiden meminta dilakukan berbagai kajian untuk bisa membantu Pertamina untuk keluar dari permasalahan keuangan yang sedang dihadapi dalam pembangunan kilang.

Pertamina sebelumnya menyebutkan penyelesaian proyek kilang berpotensi mundur 1-2 tahun, terutama yang dikerjasamakan dengan mitra. Pasalnya, Pertamina mau melakukan negosiasi terhadap poin kewajiban menjadi off taker utama kilang. Salah satu penyebab kondisi tersebut adalah karena dalam aturan baru yang diterapkan International Financial Reporting Standards (IFRS). Jika laporan akutansi Pertamina menggunakan Interpretasi Standar Akutansi Keuangan (ISAK) 8 maka Pertamina yang menyerap seluruh produk maka beban utang mitra untuk membiayai pembangunan kilang akan tercatat di keuangan Pertamina.

Menurut Arcandra, apa yang terjadi di Pertamina sama seperti yang terjadi di PT PLN (Persero) karena rasio utangnya meningkat tajam ketika menggunakan standarisasi ISAK 8. PLN sendiri meresponnya dengan meminta perseteujuan OJK untuk tidak menggunakan standarisasi ISAK 8, sehingga terhindar dari peningkatan rasio hutang. “Itu cara yang juga diminta Pak Presiden untuk Pertamina, pemerintah usulkan itu juga,” kata dia.

Selain itu, pemerintah juga mengusulkan cara lain yakni Pertamina bertindak tidak sebagai off taker utama melainkan sebagai pelaksana yang memasarkan produksi kilang di Indonesia sesuai dengan share atau pembagian saham.

“Itu juga coba kita usulkan bisa tidak dibicarakan, kan yang penting tidak jadi off taker utama hanya ambil sesuai share. Sisanya Pertamina hanya tugas memasarkan,” ungkap Arcandra.

Saat ini Pertamina memiliki dua mitra untuk pembangunan Kilang Tuban, yakni Rosneft, perusahaan asal Rusia. Pada proyek tersebut Pertamina memiliki hak kepemilikan sebesar 55%, sisanya dikuasai Rosneft. Komposisi yang sama juga diterapkan pada proyek revitalisasi Kilang Cilacap dengan Saudi Aramco.(RI)