JAKARTA – Proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga up (PLTU) Batang berkapasitas 2×1.000 megawatt (MW) telah mencapai 30%. Proyek pembangkit batu bara yang berlokasi di Batang, Jawa Tengah tersebut ditargetkan beroperasi komersial (commercial operation date/COD) pada Mei 2020.

“PLTU Batang COD unit 1 selama 48 bulan, dan unit 2 selama 56 bulan dihitung mulai Juni 2016, jadi harusnya COD unit 1 itu Mei 2020. Akhir 2019 sudah selesai segala macam, 2020 itu sudah commissioning, Mei sudah benar-benar COD,” ungkap Mohammad Effendi, Presiden Komisaris PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) selaku pengembang PLTU Batang kepada Dunia Energi di Jakarta, akhir pekan lalu.

PLTU Batang akan menjadi pembangkit terbesar di Asia, dan merupakan proyek pembangkit listrik batu bara pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi ultra-supercritical (USC) yang ramah lingkungan. USC menggunakan temperatur uap dan tekanan diatas titik supercritical air sehingga mampu mengurangi penggunaan bahan bakar per kilowatt hour (KwH) sekaligus mengurangi emisi gas karbon (CO2)

Effendi mengatakan, nantinya PLTU Batang yang menelan investasi sebesar US$ 4,2 miliar ini akan membutuhkan batu bara 4.500 kkal sebanyak tujuh juta ton setiap tahunnya. Suplai batu bara berasal dari PT Adaro Indonesia, anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Kaltim Prima Coal (KPC).
PT Bhimasena Power Indonesia, telah memulai tahapan konstruksi pembangunan PLTU di Batang, dengan skema kerja sama pemerintah-swasta (KPS).

Bhimasena Power Indonesia merupakan perusahaan konsorsium dari Electric Power Development Co., Ltd. (J-Power) (34%), PT Adaro Power (34%) dan Itochu Corporation (Itochu) (32%). Adapun PT Adaro Power merupakan anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya oleh Adaro Energy.

Pengadaan lahan PLTU Batang seluas 226 hektar seluruhnya telah selesai dilakukan. Adapun proses konsinyasi dengan menerapkan UU No. 2/2012 pada 12.5 ha sisa lahan PLTU, dari total 226 ha lahan yang dibutuhkan juga telah diselesaikan dengan baik, dan dokumen hasil pembebasan lahan telah diserahkan dari BPN kepada PLN pada 8 Desember 2015 lalu.

Effendi mengakui, proses pengembang PLTU Batang hingga saat ini masih menemui tantangan. Namun, tantangan yang dihadapi cenderung positif.

“Problem positif, masih ada yang demo minta pekerjaan dan minta berpartisipasi. Jumlah pekerja saat ini 3.800 orang, dari Batang sendiri 30%-35%. Proyek sebesar itu kan kontraktornya banyak dan dengan spesifikasi-spesifikasi keahlian khusus, jadi ini yang masih terus kita lakukan pendekatan,” tandas Effendi.(RA)