JAKARTA – PT PLN (Persero) meraih pinjaman kredit investasi dari sindikasi lembaga keuangan bank dan non-bank nasional senilai Rp16,3 triliun melalui skema konvensional dan syariah, masing-masing sebesar Rp12 triliun dan Rp4,3 triliun. Pinjaman berjangka waktu 10 tahun tersebut akan digunakan untuk mendanai proyek infrastruktur ketenagalistrikan.

Sofyan Basir, Direktur Utama PLN, mengatakan untuk pertama kalinya PLN melakukan penandatanganan kredit investasi skema syariah.

“Ini merupakan kredit investasi skema syariah yang terbesar di Indonesia dan semoga memberikan barokah pada PLN dalam membangun infrastruktur kelistrikan dan semakin mendorong perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia,” kata Sofyan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/11).

Penandatanganan kredit investasi konvensional dan syariah antara PLN dan kreditor dilakukan di Kantor Pusat PLN di Jakarta.

Kredit investasi skema konvensional diberikan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), Eximbank, PT Bank Mega, Tbk, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd, dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.

Untuk kredit investasi dengan skema syariah diberikan Bank Maybank Indonesia, PT Bank Mandiri Syariah, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), PT Bank Negara Indonesia Syariah, dan PT Bank Permata Syariah.

Kredit investasi dengan skema syariah sebesar Rp4,3 triliun ini merupakan yang pertama bagi PLN dan sekaligus yang terbesar di Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya dukungan nyata industri keuangan syariah terhadap pembangunan infrastruktur kelistrikan, dan bukti bahwa PLN ikut berperan dalam mendorong perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia.

Seiring dengan kemajuan proyek pembangkit 35 ribu megawatt (MW), kebutuhan investasi PLN pada 2017 diperkirakan akan terealisasi sekitar Rp86 triliun, meningkat sebesar 43% dibandingkan dengan realisasi 2016. Realisasi investasi tersebut juga mendorong tercapainya rasio elektrifikasi nasional sebesar 93% pada September 2017.

Total aset PLN per 30 September 2017 sebesar Rp1.312 triliun, meningkat sebesar 3% dibandingkan pada 31 Desember 2016 sebesar Rp1.274 triliun.

Langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah dan PLN, sudah mulai terlihat hasilnya dan dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Jika pada Januari 2015, masih terdapat 11 dari 22 sistem besar kelistrikan dalam kondisi defisit listrik, maka saat ini seluruh sistem besar tersebut sudah tercukupi beban puncaknya.

Proyek 35 ribu MW tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan listrik, namun juga dimaksudkan agar PLN mampu menyediakan listrik dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat dan kompetitif bagi industri serta bisnis, untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional.

“Mengingat kebutuhan dana untuk investasi ini cukup signifikan sehingga tidak dapat dipenuhi dari dana internal PLN dan Pemerintah, maka dukungan dari semua pihak termasuk lembaga keuangan bank dan non-bank lainnya menjadi sangat berarti bagi PLN,” tandas Sofyan.(AT)