JAKARTA– PT Harum Energy Tbk (HRUM), emiten pertambangan batubara, menargetkan produksi batubara konsolidasi sepanjang tahun ini cenderung konservatif, naik tipis menjadi 5 juta ton dari target 2018 sebesar 4,8 juta ton.

Ray A Gunara, Direktur Utama Harum Energy, mengatakan, untuk menentukan volume produksi batubara, Harum masih akan mempertimbangkan kondisi pasar, khususnya harga yang terus berfluktuasi dengan tren yang turun. Bila kondisi pasar baik, manajemen Harum bisa mempertimbangkan kenaikan target produksi. “Kalau (harga) melemah terus, kami cut, kami review lagi,” ujar Ray, Jumat (18/1).

Ray tak bersedia menyebutkan secara detail realisasi produksi Harum Energy pada 2018. Namun, dia mengakui bahwa produksi batubara perusahaan sepanjang 2019 masih di bawah target, salah satunya karena dua anak usaha perusahaan, yaitu PT Karya Usaha Pertiwi dan PT Santan Batubara, terlambat berproduksi kendati diproyeksikan pada kuartal II 2018.

“Kendati produksi tak sesuai target, kami berhasil menjual 5 juta ton batubara karena kami mendapatkan tambahan batubara dari pembelian dengan pihak ketiga,” katanya.

Mayoritas batubara Harum diekspor. Negara tujuan ekspor perusahaan adalah China, Malaysia, dan Korea Selatan.

Hingga kuartal III 2018, Harum Energy mencatatkan penurunan laba bersih 30,34% menjadi US$ 22,73 juta ketimbang periode sama 2017 sebesar US$ 32,63 juta. Penurunan laba tersebut dipicu penurunan penjualan 2,33% dari US$ 238,52 juta pada perode hingga September 2017 menjadi US$ 232,96 juta.(RA)